Sabtu, 08 Januari 2011

Muslim di Australia

Sejarah yang panjang dan dinamis

Muslim di Australia memiliki sejarah yang panjang dan bervariasi yang diperkirakan sudah hadir sebelum pemukiman Eropa. Beberapa pengunjung awal Australia adalah Muslim dari Indonesia timur. Mereka membangun hubungan dengan daratan Australia sejak abad ke 16 dan 17.

Pengunjung Muslim awal — pedagang Makassar

Nelayan dan pedagang Makassar tiba di pesisir utara Australia Barat, Australia Utara dan Queensland. Orang Makassar berdagang dengan Penduduk Asli dan mencari teripang yang mereka jual sebagai makanan di pasar Cina yang menguntungkan.
Bukti-bukti dari pengunjung awal ini dapat ditemukan pada kesamaan beberapa kata bahasa Makassar dan Penduduk Asli pesisir Australia. Lukisan gua Aborijin menggambarkan perahu tradisional Makassar dan sejumlah peninggalan Makassar telah ditemukan di pemukiman Aborijin di pesisir barat dan utara Australia. Perkawinan antara Penduduk Asli dan orang Makassar diyakini pernah terjadi, dan lokasi pemakaman orang Makassar telah ditemukan sepanjang garis pantai.

Penunggang unta Afganistan dan masa colonial

Migran Muslim dari pesisir Afrika dan wilayah pulau di bawah Kerajaan Inggris datang ke Australia sebagai pelaut dan narapidana dalam armada pertama pendatang Eropa pada akhir dasawarsa 1700an. Populasi Muslim semi permanen pertama dalam jumlah yang signifikan terbentuk dengan kedatangan penunggang unta pada dasawarsa 1800an. Datang dari anak-benua India, Muslim ini sangat vital bagi penjelajahan awal pedalaman Australia dan pembentukan layanan perhubungan.
Salah satu proyek besar yang melibatkan penunggang unta Afganistan adalah pembangunan jaringan rel kereta api antara Port Augusta dan Alice Springs, yang kemudian dikenal sebagai Ghan. Jalur kereta api dilanjutkan hingga ke Darwin pada 2004. Para penunggang unta ini juga memegang peran penting dalam pembangunan jalur telegrafi darat antara Adelaide dan Darwin pada 1870 - 1872, yang akhirnya menghubungkan Australia dengan London lewat India.
Melalui karya awal ini, sejumlah kota ‘Ghan’ berdiri di sepanjang jalur kereta api. Banyak dari antara kota-kota ini yang memiliki sedikitnya satu masjid, biasanya dibangun dari besi bergelombang dengan menara kecil. Namun, kehadiran kendaraan bermotor dan transportasi lori bermesin menandai akhir era penunggang unta. Sementara sebagian dari mereka pulang ke negara asalnya, yang lainnya bermukim di daerah dekat Alice Springs dan daerah lain di Australia Utara. Banyak yang menikah dengan penduduk Asli setempat. Keturunan penunggang unta Afganistan sejak itu berperan aktif dalam berbagai komunitas Muslim di Australia.
Sejumlah kecil Muslim juga direkrut dari koloni Belanda dan Inggris di Asia Tenggara untuk bekerja di industri mutiara Australia pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Masjid pertama di Australia didirikan di Marree di sebelah utara Australia Selatan pada 1861. Masjid besar pertama dibangun di Adelaide pada 1890, dan satu lagi didirikan di Broken Hill (New South Wales) pada 1891.

Pasca Perang Dunia Kedua — menuju masyarakat modern serta majemuk

Jumlah umat Islam Australia modern meningkat dengan cepat setelah Perang Dunia Kedua. Pada 1947 - 1971, jumlah warga Muslim meningkat dari 2.704 menjadi 22.331. Hal ini terjadi terutama karena ledakan ekonomi pasca perang, yang membuka lapangan kerja baru. Banyak Muslim Eropa, terutama dari Turki, memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari kehidupan dan rumah baru di Australia. Pada Sensus 2006, tercatat 23.126 Muslim kelahiran Turki di Australia.
Migran Muslim Bosnia dan Kosovo yang tiba di Australia pada dasawarsa 1960an memberi sumbangsih penting terhadap Australia modern melalui peran mereka dalam pembangunan Skema PLTA Snowy Mountains di New South Wales. Migran Libanon, banyak dari antara mereka adalah Muslim, juga mulai berdatangan dalam jumlah yang lebih besar setelah pecah perang saudara di Libanon pada 1975. Menurut Sensus 2006, tercatat 7.542 Muslim Australia kelahiran Bosnia dan Herzegovina dan 30.287 kelahiran Libanon.
Muslim Australia sangat majemuk. Pada Sensus 2006, tercatat lebih dari 340.000 Muslim di Australia, di mana dari jumlah tersebut sebanyak 128.904 lahir di Australia dan sisanya lahir di luar negeri. Selain migran dari Libanon dan Turki, negara asal Muslim lainnya adalah:
  • Afganistan 15.965
  • Pakistan 13.821
  • Banglades 13.361
  • Irak 10.039
  • Indonesia 8.656.
Dalam tiga dasawarsa terakhir, banyak Muslim bermigrasi ke Australia melalui program pengungsi atau kemanusiaan, dan dari negara-negara Afrika seperti Somalia dan Sudan.
Masyarakat Muslim Australia saat ini sebagian besar terkonsentrasi di Sydney dan Melbourne. Sejak dasawarsa 1970an, masyarakat Muslim telah membangun banyak masjid dan sekolah Islam dan memberi sumbangsih yang dinamis terhadap rajutan multi-budaya masyarakat Australia.

Perkembangan Muslim di Australia dan agama-agama lain kecuali Kristen 1981-2006


Sumber: Biro Statistik Australia 1981-2006 Sensus Populasi dan Perumahan

Informasi lebih lanjut

aku di dekatmu..


Tanah, air, batu

Percaya kepada apa yang dibawa Muhammad

Abdurrahman Farih [anak ajaib dari Al Jazair]

Untuk Cezanne

Untuk Cezanne

Para Perempuan Islam Di Kamboja Keluar Dari Sekolah Negeri

 

 

Jumlah perempuan Islam di Kamboja yang keluar dari sekolah negeri,  kian meningkat. Pasalnya mereka tidak merasa bebas menjalankan agamanya,  termasuk menggunakan jilbab. Padahal hal itu  tidak dilarang oleh hukum negeri itu.

Tapi, kelompok Pembangunan Komunitas Islam Kamboja mengatakan, sebagian guru melarang pasa siswinya untuk memakai jilbab dan tidak memberikan waktu untuk sholat.

Khortieth Him melaporkan dari Phnom Penh, dan laporannya disampaikan Sri Lestari.

“Kadang-kadang saya pakai ‘hijab’ atau jilbab tapi kadang-kadang tidak. Karena saya takut dengan reaksi orang-orang. Ada beberapa guru yang membolehkan saya pakai kerudung tapi yang lainnya tidak. Saya ingin sekolah saya mengizinkan saya pakai kerudung dan memberikan waktu untuk sholat.

Itulah Afiny, siswi kelas 1 SMU yang beragama Islam, di daerah perkotaan Phnom Penh. Baru-baru ini dia keluar dari sebuah sekolah negeri dan kini ikut kelas agama.
Sufur, siswi kelas 1 SMP mengatakan, juga bakal berhenti sekolah di akhir tahun ini,karena tidak boleh menggunakan  jilbab di dalam kelas.

“Saya tidak bisa meninggalkan agama saya. Islam sudah menjadi bagian yang penting  hidup saya. Saya takut kalau saya bersalah sama  Allah.

Para perempuan Cham yang beragama Islam di Kamboja, telah lama mengalami diskriminasi dalam hal pendidikan. Pasalnya, keluarga-keluarga miskin lebih mementingkan pendidikan anak laki-lakinya ketimbang pendidikan anak  perempuan mereka.

Rakiyah, ibunda  Afiny mengatakan, akan kembali menyekolahkan anaknya,  kalau dia bebas menjalankan agamanya.

“Saya ingin sekali anak saya mendapatkan pekerjaan yang bagus, tapi saya khawatir dengan agama saya. Kalau anak saya tidak bisa menutupi kepalanya atau sholat di sekolah, saya tidak akan izinkan dia sekolah disana.

Rakiyah menuturkan, orang-orang di sekolah anaknya meremehkannya karena memakai jilbab.  Namun ia menambahkan, anak laki-lakinya tak mengalami masalah seperti itu.

“Anak laki-laki saya tidak perlu menutup kepala ataupun tubuhnya, jadi tidak masalah. Sebagian besar masyarakat disini  punya pandangan yang sama seperti saya. Kami lebih mementingkan pendidikan anak laki-laki kami ketimbang pendidikan anak perempuan kami.

Mariyah,  guru agama Islam di Phnom Penh kecewa karena masyarakat berpandangan seperti itu.

Dia ingin para siswinya mendapatkan pendidikan di sekolah.

“Saya ingin semua siswa-siswi saya mendapatkan pendidikan agama dan juga pendidikan di sekolah negeri. Supaya mereka bisa bertahan hidup dalam dunia yang modern ini. Mereka tidak cukup mendapatkan pendidikan dalam satu bidang saja.“
Memang sulit sekali menemukan perempuan Islam yang lulus dari universitas. Sebagian bahkan tidak bisa membaca ataupun menulis dalam bahasa Khmer, bahasa resmi Kamboja.

Azimah adalah pengecualian karena sudah mendapatkan pendidikan yang tinggi. Namun dia menceritakan, selama di universitas kerap mengalami  kesulitan.

“Keluarga saya miskin sekali waktu saya masih mahasiswa. Banyak yang meremehkan  saya. Selain itu susah sekali sholat dan saya tidak memakai hijab atau jilbab.

Sebagian besar umat Islam di Kamboja adalah petani dan nelayan. Jadi mereka miskin sekali dan tidak bisa menyekolahkan anak-anak mereka sampai tingkat yang tinggi.
Ahmad Yahya adalah Presiden Kelompok Pembangunan Komunitas Islam Kamboja dan anggota parlemen negeri.

Menurut dia, tidak ada hukum yang melarang pemakaian hijab atau kerudung di sekolah. Ahmad Yahya tengah berupaya membujuk para orang tua,  supaya mengizinkan anak-anak perempuan mereka belajar di SMU umum maupun sekolah Islam.

“Kami meminta saudara-saudara kami se-iman untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah negeri untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya. Semenetara itu, harus mendorong anak-anaknya untuk menjadi umat Islam yang baik.

Di akhir pekan atau malam hari,  mereka harus mendorong anak-anak itu untuk belajar agama, supaya tahu soal pengetahuan di dunia ini dan pengetahuan di akhirat.
Afiny dan Sufur, ingin tetap bisa sekolah. Syaratnya, agama dan keyakinan mereka harus dihargai.




Terakhir Diperbaharui  [9 Januari 2011] 

Masji-Masjid di Moskow

Tahukan anda, jika di Moskow juga ada beberapa masjid yang digunakan untuk kegiatan umat islam disana. Masjid-masjid di sana secara umum dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni masjid kuarter – masjid yang hanya dipakai untuk sholat lima waktu dan masjid primer- masjid yang juga digunakan untuk shalat Jumat berjamaah.
Saat ini, di kota Moskow terdapat lebih dari 3 juta umat islam. Dan bagaimana menurut anda, kira-kira  berapa banyak masjid yang benar benar dibutuhkan untuk aktifitas mereka? Dari penelusuran penulis, saat ini di Moskow terdapat tujuh masjid (www.russian-mosques.com) yang tersebar di berbagai sudut kota yakni:
  1. Masjid Dar al-Arqam, di Skladochnaya street
  2. Organisasi Muslim, di Grace street , Laksamana Lazarev, 26
  3. Masjid bersejarah, di Great Tatar, 28
  4. Masjid Tambak, di Rubtsovsk 12
  5. Masjid Yardyam, di Khachaturian street, 8
  6. Masjid Peringatan Moskow, di Minsky street, 2В
  7. Masjid Katedral Moskow, di Vypolzov pereulok, 7
Kita juga dapat menemukan masjid kuarter di bandara domodedovo, Moskow. Masjid itu merupakan satu satunya masjid yang berada di bandara di Moskow.
Dan berikut ini penulis mencoba untuk menyajikan sedikit informasi mengenai beberapa masjid primer yang ada di kota Moskow.
Masjid Yardyam (Мечеть Ярдям)
Alamat : Khacaturyana street, 8. Metro station Otradnoe
Phone : (495) 903-6088
Kubah masjid yang tinggi dan ramping dapat jelas terlihat dari stasiun metro otradnoe. Pembangunan masjid ini dimulai pada musim gugur, oktober tahun 1996 atas inisiatif badan keagamaan tatar “ Hilal “. Masjid ini diresmikan oleh organisasi islam Yardem pada saat perayaan 850 tahun kota Moskow pada 14 September 1997.
Arsitektur asli masjid terdiri atas dua menara. Ini mengingatkan kita pada gaya pembangunan masjid di Asia Tengah, Iran dan negara-negara Muslim lainnya di Timur tengah. Masjid di Otradnoe ini termasuk dalam kompleks bangunan keagamaan dari tiga agama besar di Rusia yakni Kristen, Islam dan Yudaisme.
Masjid Katedral Moskow (Московская Соборная Мечеть)
Alamat : Vypolzov pereulok, 7. Metro station Prospekt mira
Phone : (495) 681-4904 and (495) 684-7908
Pada awal abad XX, komunitas Imam B. Alimov dan H. Akbulatov dari Majelis keagamaan Orenburg mengusulkan pembangunan sebuah masjid baru di Moskow. Kemudian diperoleh ijin pembangunannya dan pada bulan November 1904, kurang dari setahun setelah mendapat lahan, berhasil dibangun sebuah masjid di jalur Vypolzovo dengan arsitek N. Zhukov atas dukungan keuangan dari dermawan S. Erzin.
Setelah tahun 1937, Masjid Agung Tatarstan ditutup. Lalu berdirilah masjid baru yang dikenal sebagai Katedral. Di lokasi masjid terdapat pusat sentral kegiatan umat islam yang tidak hanya bagi penduduk muslim ibukota melainkan untuk umat islam Eropa Timur. Beberapa bangunan disana merupakan sentral kegiatan muslim seperti  Manajemen Keagamaan Muslim Rusia (Doumer) serta Perguruan Tinggi Islam Rusia. Pintu masjid selalu terbuka untuk semua umat islam dan untuk orang-orang berhati baik serta pikiran yang murni.
Masjid Peringatan (Мечеть Мемориальная)
Alamat : Minskaya street, 2B. Metro station Park Pabedey
Phone : (495) 449-8113
Masjid ini terletak di puncak sebuah bukit dimana banyak orang disana bersujud seraya berdoa sambil menghadap ke kota Moskow. Masjid ini dibangun untuk menghormati tentara muslim yang gugur di medan perang untuk kemenangan saat Great Patriotic War,  selang tahun 1941-1945. Arsitek masjid adalah seorang arsitek Moskow, Elias Tazhiev. Penampilan masjid ini merupakan gabungan gaya arsitek dari Islam Timur seperti Tatar, Uzbekistan dan Kaukasia. Masjid ini telah menjadi salah satu elemen arsitektur yang paling asli di ibukota.
Masjid Sejarah Moskow (Мечеть Московская Историческая)
Alamat : Great Tatar street, 28. Metro station Tretyakovskaya
Phone : (495) 951 8448
Muslim kota Moskow pada tahun 1813 mendapat ijin pembangunan sebuah masjid. Pemberian ijin ini merupakan tanda jasa bagi para tentara muslim Tatar-Bashkir dalam Perang Patriotik tahun 1812. Pada tahun 1823, muslim ibukota diizinkan untuk membangun masjid pada area milik saudagar Nazarbaya Hamalova. Pada tahun 1881, masjid direkonstruksi dengan membangun sebuah menara dan kubah.
Sampai awal abad XX, Masjid Agung Tatar merupakan satu-satunya tempat ibadah di Moskow bagi umat muslim. Di masjid ini, didirikan sebuah panti asuhan dan madrasah, dan pada tahun 1914, di sekitar masjid dibangun sebuah gedung bertingkat (rumah asadullaeva) yang didanai oleh pengusaha tambang Shamsi Asadullayev. Rumah Asadullaeva ini kemudian menjadi pusat budaya dan pendidikan Islam Moskow sebelum masa revolusi. Sampai tahun 1930-an, aktifitas masjid masih berjalan. Dan pada tahun 1936, Imam Masjid Agung Tatar, Abdullah Tatar Shamsutdinov (1878-1937), ditangkap. Setelah peristiwa penangkapan itu masjid langsung ditutup.
Kebangkitan masjid itu dimulai pada tahun 1991 ketika masyarakat ”Bayt Allah” mendapatkan garansi atas penggunaan gedung untuk aktifitas. Seorang Syeikh dari Arab telah membantu kebangkitan kembali masjid itu. Dana diperoleh dari salah satu perusahaan konstruksi di Turki. Dan Pada Mei 1993, masjid tersebut dibuka kembali untuk seluruh umat islam.
This entry was posted in News. Bookmark the permalink.