Rabu, 29 Desember 2010

Sekilas Walisongo

Walisongo berarti
sembilan orang wali
Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan
Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta
Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan.
Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan
darah juga dalam hubungan guru-murid
Maulana Malik Ibrahim yang tertua. Sunan Ampel anak Maulana Malik
Ibrahim. Sunan Giri adalah keponakan Maulana Malik Ibrahim yang berarti
juga sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan
Ampel. Sunan Kalijaga merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang.
Sunan Muria anak Sunan Kalijaga. Sunan Kudus murid Sunan Kalijaga. Sunan
Gunung Jati adalah sahabat para Sunan lain, kecuali Maulana Malik
Ibrahim yang lebih dahulu meninggal.
Mereka tinggal di pantai utara Jawa dari awal abad 15 hingga pertengahan
abad 16, di tiga wilayah penting. Yakni Surabaya-Gresik-Lamongan di
Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa
Barat. Mereka adalah para intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat
pada masanya. Mereka mengenalkan berbagai bentuk peradaban baru: mulai
dari kesehatan, bercocok tanam, niaga, kebudayaan dan kesenian,
kemasyarakatan hingga pemerintahan.
Pesantren Ampel Denta dan Giri adalah dua institusi pendidikan paling
penting di masa itu. Dari Giri, peradaban Islam berkembang ke seluruh
wilayah timur Nusantara. Sunan Giri dan Sunan Gunung Jati bukan hanya
ulama, namun juga pemimpin pemerintahan. Sunan Giri, Bonang, Kalijaga,
dan Kudus adalah kreator karya seni yang pengaruhnya masih terasa hingga
sekarang. Sedangkan Sunan Muria adalah pendamping sejati kaum jelata.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya
Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol
penyebaran Islam di Indonesia. Khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh
lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam
mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat “sembilan
wali” ini lebih banyak disebut dibanding yang lain.
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran
Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai
“tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para
kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta
karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat
Jawa -yakni nuansa Hindu dan Budha.


Quote:

1.Maulana Malik Ibrahim
Beliau keturunan Arab,berasal dari Turki.datang ke Jawa Timur tahun
1379,meninggal tahun 1419,dan dimakamkan di Gresik.Selain menguasai
ilmu-ilmu agama secara mendalam dan sempurna,Maulana Malik Ibrahim juga
ahli dalam bidang tata Negara.Penyebaran Islam secara halus,tidak
menentang adat istiadat penduduk asli yang masih memeluk agama Hindu
ataupun Buddha.beliau melakukan dakwah di Pulau Jawa bagian Timur.

Quote:

2.Sunan Ampel
Sunan Ampel berasal dari Jeumpa,Aceh,dengan nama kecil Raden Ahmad Ali
Rahmatullah atau lebih dikenal dengan Raden Rahmat. Beliau datang ke
Jawa pada tahun 1421 M, menggantikan Maulana Malik Ibrahim yang wafat
tahun 1419 M.
Beliau mendirikan pesantren di Ampel Denta,Surabaya.Sunan Ampel juga
ikut mendirikan Masjid Agung Demak pada tahun 1479 dan merupakan salah
seorang perencana berdirinya Kerajaan Islam Demak. Sunan Ampel
dimakamkan di Ampel Surabaya.


Quote:
3.Sunan Drajad
Sunan Drajad adalah putra Sunan Ampel,lahir di Surabaya,dengan nama
kecil Raden Qosim. Beliau pencipta Gending pangkur,dan penyebar Islam
yang berjiwa sosial dan dermawan.Sunan Drajad dimakamkan di daerah
Lamongan.

Quote:

4.Sunan Bonang
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel,lahir di Surabaya tahun 1465,
dengan nama kecil Raden Makdum. Sunan Bonang wafat tahun 1525,dimakamkan
di Tuban. Beliau pencipta Gending Durma.

Quote:

5.Sunan Giri
Syekh Maulana Ainul Yakin, dengan nama kecilnya Raden Paku,adalah putra
Syekh Maulana Ishak yang mendirikan pesantren di Giri, sehingga lebih
popular dengan sebutan Sunan Giri. Sunan Giri menyebarkan agama islam
tidak hanya di Jawa,tetapi juga ke pulau-pulau sekitar Jawa Timur,bahkan
sampai Maluku. Beberapa Kyai dari Giri diundang ke Maluku untuk menjadi
guru-guru agama.Sunan Giri adalah pencipta Gending Asmaradana dan
Gending pucung. Beliau pencipta permainan anak-anak yang berjiwa
islam,seperti Ilir-ilir,Jamuran ,dan Cublak cublak Suweng .

Quote:

6.Sunan Kalijaga
Nama kecil Raden Mas Syahid. Beliau lahir di Tuban,Jawa Timur,sebagai
putra Tumenggung Sahur Wilatikta,Adipati Tuban.Beliau adalah seorang
Wali,mubalig,pejuang,pujangga,dan filsuf yang berjiwa besar. Beliau
menyiar agama Islam mellui cerita Wayang.Sunan Kalijaga dimakamkan di
Kadilangu,dekat Demak.

Quote:

7.Sunan Kudus
Nama kecil Sunan Kudus adalah Sayyid Ja’far Shodiq, berasal dari
Palestina. Beliau datang ke Jawa pada tahun 1436 M. Daerah penyebar
Islam di pesisir Jawa Tengah.Beliau seorang pujangga,pandai
menagarang,pencipta Gending Mas Kumambang dan Gending Mijil,Pernah jadi
Sanapati Kerajaan Islam Demak.

Quote:

8.Sunan Muria
Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga,dengan nama kecil Raden Umar
Said. Beliau ikut mendirikan Masjid Demak dan ikut membantu berdirinya
Kerajaan Islam Demak. Beliau menciptakan Gending Sinom dan Gending
Kinanti untuk kepentingan dakwah. Beliau wafat dan dimakamkan di puncak
Gunung Muria.

Quote:

9.Sunan Gunung Jati
Syarif Hidayatullah atau lebih popular dengan sebutan Sunan Gunung Jati,
berasal dari Palestina. Datang ke Pulau Jawa pada tahun 1436 M.Beliau
mempunyai nama sangat banyak,antara lain Fatahilah,Muammad
Nurudin,Faletehan,Syah Nurullah,Makhdum Jati,dan Makhdum
Rakhmatullah.Beliau diangkat sebagai Panglima Perang Kerajaan Demak dan
ditugaskan di Jawa Barat.Beliau mendirikan kesultanan Banten dan
Kesulatan Cirebon. Sunan Gunung Jati wafat dan dimakamkan di Gunung Jati
Cirebon.

SYEKH SITI JENAR

Syekh Siti Jenar lahir sekitar tahun 829 H/1348 C/1426 M (Serat She Siti Jenar Ki Sasrawijaya; Atja, Purwaka Tjaruban Nagari (Sedjarah Muladjadi Keradjan Tjirebon), Ikatan Karyawan Museum, Jakarta, 1972; P.S. Sulendraningrat, Purwaka Tjaruban Nagari, Bhatara, Jakarta, 1972; H. Boedenani, Sejarah Sriwijaya, Terate, Bandung, 1976; Agus Sunyoto, Suluk Abdul Jalil Perjalanan Rohani Syaikh Syekh Siti Jenar dan Sang Pembaharu, LkiS, yogyakarta, 2003-2004; Sartono Kartodirjo dkk, [i]Sejarah Nasional Indonesia, Depdikbud, Jakarta, 1976; Babad Banten; Olthof, W.L., Babad Tanah Djawi. In Proza Javaansche Geschiedenis, ‘s-Gravenhage, M.Nijhoff, 1941; raffles, Th.S., The History of Java, 2 vol, 1817), di lingkungan Pakuwuan Caruban, pusat kota Caruban waktu itu, yg sekarang lebih dikenal sebagai Astana japura, sebelah tenggara Cirebon. Suatu lingkungan yg multi-etnis, multi-bahasa dan sebagai titik temu kebudayaan serta peradaban berbagai suku.
Selama ini, silsilah Syekh Siti Jenar masih sangat kabur. Kekurangjelasan asal-usul ini juga sama dgn kegelapan tahun kehidupan Syekh Siti Jenar sebagai manusia sejarah.
Pengaburan tentang silsilah, keluarga dan ajaran Beliau yg dilakukan oleh penguasa muslim pada abad ke-16 hingga akhir abad ke-17. Penguasa merasa perlu untuk “mengubur” segala yg berbau Syekh Siti Jenar akibat popularitasnya di masyarakat yg mengalahkan dewan ulama serta ajaran resmi yg diakui Kerajaan Islam waktu itu. Hal ini kemudian menjadi latar belakang munculnya kisah bahwa Syekh Siti Jenar berasal dari cacing.
Dalam sebuah naskah klasik, cerita yg masih sangat populer tersebut dibantah secara tegas,
Wondene kacariyos yen Lemahbang punika asal saking cacing, punika ded, sajatosipun inggih pancen manungsa darah alit kemawon, griya ing dhusun Lemahbang.” [Adapun diceritakan kalau Lemahbang (Syekh Siti Jenar) itu berasal dari cacing, itu salah. Sebenarnya ia memang manusia berdarah kecil saja (rakyat jelata), bertempat tinggal di desa Lemah Abang]….<serat Candhakipun Riwayat jati ; Alih aksara; Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah, 2002, hlm. 1>
Jadi Syekh Siti Jenar adalah manusia lumrah hanya memang ia walau berasal dari kalangan bangsawan setelah kembali ke Jawa menempuh hidup sebagai petani, yg saat itu, dipandang sebagai rakyat kecil oleh struktur budaya Jawa, disamping sebagai wali penyebar Islam di Tanah Jawa.
Syekh Siti Jenar yg memiliki nama kecil San Ali dan kemudian dikenal sebagai Syekh ‘Abdul Jalil adalah putra seorang ulama asal Malaka, Syekh Datuk Shaleh bin Syekh ‘Isa ‘Alawi bin Ahmadsyah Jamaludin Husain bin Syekh ‘Abdullah Khannuddin bin Syekh Sayid ‘Abdul Malikal-Qazam. Maulana ‘Abdullah Khannuddin adalah putra Syekh ‘Abdul Malik atau Asamat Khan. Nama terakhir ini adalah seorang Syekh kalangan ‘Alawi kesohor di Ahmadabad, India, yg berasal dari Handramaut. Qazam adalah sebuah distrik berdekatan dgn kota Tarim di Hadramaut.
Syekh ‘Abdul Malik adalah putra Syekh ‘Alawi, salah satu keluarga utama keturunan ulama terkenal Syekh ‘Isa al-Muhajir al-Bashari al-‘Alawi, yg semua keturunannya bertebaran ke berbagai pelosok dunia, menyiarkan agama Islam. Syekh ‘Abdul Malik adalah penyebar agama Islam yg bersama keluarganya pindah dari Tarim ke India. Jika diurut keatas, silsilah Syekh Siti Jenar berpuncak pada Sayidina Husain bin ‘Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah. Dari silsilah yg ada, diketahui pula bahwa ada dua kakek buyutnya yg menjadi mursyid thariqah Syathariyah di Gujarat yg sangat dihormati, yakni Syekh Abdullah Khannuddin dan Syekh Ahmadsyah Jalaluddin. Ahmadsyah Jalaluddin setelah dewasa pindah ke Kamboja dan menjadi penyebar agama Islam di sana.
Adapun Syekh Maulana ‘sa atau Syekh Datuk ‘Isa putra Syekh Ahmadsyah kemudian bermukim di Malaka. Syekh Maulana ‘Isa memiliki dua orang putra, yaitu Syekh Datuk Ahamad dan Syekh Datuk Shaleh. Ayah Syekh Siti Jenar adalah Syekh Datuk Shaleh adalah ulama sunni asal Malaka yg kemudian menetap di Cirebon karena ancaman politik di Kesultanan Malaka yg sedang dilanda kemelut kekuasaan pada akhir tahun 1424 M, masa transisi kekuasaan Sultan Muhammad Iskandar Syah kepada Sultan Mudzaffar Syah. Sumber-sumber Malaka dan Palembang menyebut nama Syekh Siti Jenar dgn sebutan Syekh Jabaranta dan Syekh ‘Abdul Jalil.
Pada akhir tahun 1425, Syekh Datuk Shaleh beserta istrinya sampai di Cirebon dan saat itu, Syekh Siti Jenar masih berada dalam kandungan ibunya 3 bulan. Di Tanah Caruban ini, sambil berdagang Syekh Datuk Shaleh memperkuat penyebaran Islam yg sudah beberapa lama tersiar di seantero bumi Caruban, besama-sama dgn ulama kenamaan Syekh Datuk Kahfi, putra Syehk Datuk Ahmad. Namun, baru dua bulan di Caruban, pada tahun awal tahun 1426, Syekh Datuk Shaleh wafat.
Sejak itulah San Ali atau Syekh Siti Jenar kecil diasuh oleh Ki Danusela serta penasihatnya, Ki Samadullah atau Pangeran Walangsungsang yg sedang nyantri di Cirebon, dibawah asuhan Syekh datuk Kahfi.
Jadi walaupun San Ali adalah keturunan ulama Malaka, dan lebih jauh lagi keturunan Arab, namun sejak kecil lingkungan hidupnya adalah kultur Cirebon yg saat itu menjadi sebuah kota multikultur, heterogen dan sebagai basis antarlintas perdagangan dunia waktu itu.
Saat itu Cirebon dgn Padepokan Giri Amparan Jatinya yg diasuh oleh seorang ulama asal Makkah dan Malaka, Syekh Datuk Kahfi, telah mampu menjadi salah satu pusat pengajaran Islam, dalam bidang fiqih dan ilmu ‘alat, serta tasawuf. Sampai usia 20 tahun, San Ali mempelajari berbagai bidang agama Islam dgn sepenuh hati, disertai dgn pendidikan otodidak bidang spiritual.
Sumber http://yuliano.vox.com/library/post/asal-usul-syekh-siti-jenar.html
Nasab Syekh Siti Jenar Bersambung Sampai ke Rasulullah  diakui oleh Robithoh Azmatkhan
Abdul Jalil Syeikh Siti Jenar bin
1. Datuk Shaleh bin
2. Sayyid Abdul Malik bin
3. Sayyid Syaikh Husain Jamaluddin @ Jumadil Qubro @ Jamaluddin Akbar Al-Khan (Gujarat, India) bin
4. Sayyid Ahmad Shah Jalal @ Ahmad Jalaludin Al-Khan bin
5. Sayyid Abdullah AzhmatKhan (India) bin
6. Sayyid Amir ‘Abdul Malik Al-Muhajir AzhmatKhan (Nasrabad) bin
7. Sayyid Alawi Ammil Faqih (Hadhramaut, Yaman) bin
8. Muhammad Sohib Mirbath (lahir di Hadhramaut, Yaman dimakamkan di Oman) bin
9. Sayyid Ali Kholi’ Qosim bin
10. Sayyid Alawi Ats-Tsani bin
11. Sayyid Muhammad Sohibus Saumi’ah bin
12. Sayyid Alawi Awwal bin
13. Sayyid Al-Imam ‘Ubaidillah bin
14. Ahmad al-Muhajir (Hadhramaut, Yaman ) bin
15. Sayyid ‘Isa Naqib Ar-Rumi (Basrah, Iraq) bin
16. Sayyid Muhammad An-Naqib bin
17. Sayyid Al-Imam Ali Uradhi bin
18. Sayyidina Ja’far As-Sodiq (Madinah, Saudi Arabia) bin
19. Sayyidina Muhammad Al Baqir bin
20. Sayyidina ‘Ali Zainal ‘Abidin {menikah dengan (34.a) Fathimah binti (35.a) Sayyidina Hasan bin Ali bin Abi Tholib, kakak Imam Hussain} bin
21. Al-Imam Sayyidina Hussain bin
(22.a) Imam Ali bin (23.a)Abu Tholib dan (22.b) Fatimah Az-Zahro binti (23.b) Muhammad SAW
Tentang Silsilah ke-atas dr Syeikh Siti Jenar dan para walisongo lainnya sudah diakui oleh para ulama nasab dari Yaman, Malaysia dan Thailand..para sayyid dan kalangan habaib yg memahami ilmu nasab banyak yg mencantumkannya di bawah nama fam. Azmatkhan, dan sudah menulis beberapa kitab mengenai ini, dan diakui Robithoh Alawiyah, Naqobatul Asyrof dan Robithoh Azmatkhan ..(Tentunya disini tidak ada nama tokoh pewayangan) untuk keterangan lebih lanjut bisa buka situs www.azmatkhanalhusaini.com dan bisa tanya jawab dengan Kyai Ali bin Badri selaku pengurusnya …wassalam

Selasa, 28 Desember 2010

Bertemu Tuhan di Tengah Badai Atlantik



slavery_business_gallery_05
Tak banyak orang yng akrab dengan nama John Newton. Tapi hampir semua orang Kristen di seluruh dunia tahu akan karya-karyanya, yaitu lagu-lagu yang menjadi berkat bagi banyak orang. Dialah John Newton. Si penulis lagu Amazing Grace yang amat popular di telinga orang Kristen segala zaman. Sulit kita percayai jika awanya dia adalah seorang penghujat dan penjahat besar, reputasi dirinya jelek, hidupnya tidak senonoh dan juga ia suka pesta gila-gilaan. Namun profesinya sebagai buruh dan pelaut yang kafir dan kejam tidak membuat ia dibuang Tuhan.

Anugerah Di Tengah Badai

bio_newton_ship Bermula dari tahun 1736, saat John berumur 11 tahun, ia pertama kali menjadi pelaut, ia sangat kasar dan bejat moralnya. Sebagai pelaut, ia akrab dengan badai dan gelombang. Namun satu kali, Tuhan mengijinkan John tak berdaya menghadapi badai yang mengancam jiwanya. Ia sangat menguasai kondisi laut, hanya bisa pasrah menunggu maut menjemputnya. Kapal The Greyhound yang dinakhodainya dihajar badai di atlantik utara. Kain kapal itu koyak dan lambungnya bocor. Ia dan teman-temannya terus berupaya menjaga keseimbangan kapal, tapi sayang, kelelahan membuat mereka berhenti berusaha. Mereka hanya mampu menguras tenaga selama 11 hari. Dalam keletihan dan kepasrahan, John teringat akan ibunya yang senantiasa memberikan pelajaran Alkitab kepadanya. Secara otomatis, John teringat akan kekuasaan Tuhan yang dipercayai oleh ibunya dan ia mulai menyesali segala dosa-dosanya. Tuhan bekerja saat itu dengan menghentikan badai secara tiba-tiba dan mereka berhasil selamat memasuki pelabuhan Liverpool dengan kapal yang rusak berat. Sejak peristiwa menegangkan itu John makin serius memikirkan imannya, dan percaya bahwa keselamatannya terjadi di tengah laut itu merupakan “anugerah yang menakjubkan” dari Tuhan. Itu sebabnya lagu Amazing Grace lahir dari pengalaman dan inspirasi nyata.
Menemukan Hidup Baru
Setelah bahaya berlalu dan awak kapal lain telah melupakan pertolongan Tuhan, John mengasingkan diri untuk mendalami injil yang pernah diajarkan ibunya. John mengambil keputusan untuk bertobat dan menyerahkan hidupnya kepada Kristus. Sekalipun ia masih melanjutkan profesi sebagai pelaut dan pedagang budak, upaya John untuk mengubah arah hidupnya semakin nyata, john ternyata sudah menemukan arah baru dalam hidupnya. Ia mulai manjadwalkan pendalaman Alkitab, doa dan membaca buku-buku Kristen. John pun berupaya untuk menjadi teladan bagi para pelaut yang dikomandaninya.

Senin, 27 Desember 2010

Figur Ulama Besar

KIAINYA PARA KIAI TERKEMUKA DI INDONESIA 
Oleh Ahmad Rofi’ Usmani
Serang, Banten, Ahad 2 September 2007.
Selepas menginap semalam di Wisma Puspitek, Serpong, saya dan istri bersama tiga saudara ipar, pada siang hari itu meluncur ke Desa Ciloang, Serang. Tujuan kami adalah untuk bersilaturahmi dengan Mas Gola Gong yang telah mendirikan Pustakaloka “Rumah Dunia” bersama beberapa temannya: Tias Tatanka, Rys Revolta (alm.), dan Toto ST Radik (lihat websitenya: www.rumahdunia.net). Ketika menjelang berpamitan, Mas Gong bercerita, salah satu ruang di pustakaloka tersebut sedang disiapkan sebagai ruang khusus yang berkaitan dengan Syeikh Nawawi Al-Bantani: seorang ulama besar yang bertaraf internasional asal Serang, Banten. Mendengar cerita Mas Gong tersebut, segera dalam benak muncul ide untuk mencari tahu lebih jauh tentang ulama yang namanya mampu tinggi menjulang di kawasan Timur Tengah ini.
Ulama terkemuka asal Indonesia yang satu ini ternyata lahir di Tanara, sekitar 25 kilometer arah utara Kota Serang, Banten, pada 1230 H/1815 M. Ayahandanya, ‘Umar bin ‘Arabi, adalah seorang penghulu di tempat kelahirannya. Sedangkan ibundanya bernama Zubaidah. Jika dirunut, nenek moyang ulama tersebut akan sampai kepada Syarif Hidayatullah Cirebon dan Maulana Hasanuddin dari Banten. Seperti kebiasaan keluarga santri ketika itu, mula-mula ia belajar pengetahuan dasar mengenai Islam di bawah bimbingan ayahandanya sendiri. Setelah dirasa cukup, kemudian ia berguru kepada Kiai Sahal, Banten. Perjalanannya menapaki dunia ilmu pengetahuan ini mengantarkannya ke Purwakarta, Jawa Barat. Di kota ini ia belajar kepada seorang ulama terkenal ketika itu, Kiai Yusuf.
Dalam usia 15 tahun, Nawawi muda berangkat ke Tanah Suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji dan menetap di sana selama tiga tahun. Selama itu ia belajar di Makkah kepada sejumlah guru. Antara lain Syaikh Ahmad Nahrawi, Syaikh Ahmad Dimyathi, dan Syaikh Ahmad bin Zaini Dakhlan Al-Makki. Guru terakhir tersebut, menurut saya, sangat besar pengaruhnya atas diri Nawawi. Mengapa demikian?
Seperti diketahui, Syeikh Ahmad bin Zaini Dahlan Al-Makki adalah seorang ulama terkemuka Arab Saudi kala itu. Ulama yang satu ini lahir di Makkah pada 1232 H/1816 M. Seusai menimba ilmu di kota kelahirannya, ia lantas menjadi mufti Mazhab Syafi‘i, merangkap menjadi Syaikh Al-Haram, “pangkat” ulama tertinggi yang mengajar di Masjid Al-Haram yang diangkat oleh Syaikh Al-Islam yang berkedudukan di Istanbul, Turki. Dalam kedudukan seperti itu, dia bertugas memberi legitimasi keagamaan terhadap keputusan-keputusan yang khususnya berkenaan dengan perdagangan budak, pengharaman beberapa bentuk kegiatan, membatalkan bid‘ah dan kebiasaan-kebiasaan buruk, dan mengeluarkan fatwa-fatwa berkenaan dengan perkembangan-perkembangan baru.
Tidak hanya itu. Ulama besar tersebut juga menaruh perhatian besar terhadap dunia tulis menulis. Sehingga lewat perhatiannya tersebut, terbit sejumlah karya tulis dalam berbagai bidang ilmu keagamaan Islam, teologi, sejarah, fikih, hadis, bahasa Arab, tafsir, sirah Nabi, dan sebagainya. Antara lain Khulâshah Al-Kalâm fi Umarâ’ Al-Balad Al-Haram, tentang sejarah Hijaz terutama pada abad ke-12 H/18 M dan 13/19 M, Al-Sîrah Al-Nabawiyyah, tentang biografi Nabi Muhammad Saw., Al-Futuhât Al-Islâmiyyah, Al-Fath Al-Mubîn fi Fadhâ’il Al-Khulafâ’ Al-Râsyidîn wa Ahl Al-Bait Al-Thâhirîn, dan sebagainya.
Ketika kondisi Makkah kala itu, sekitar 1299 H/1881 M, kurang aman, ulama yang sebagian besar karya-karyanya diterbitkan di Kairo, Mesir ini lalu pindah Madinah. Dan, ia menetap di Kota Nabi itu sampai ia berpulang ke hadirat Allah setahun kemudian
Menimba ilmu kepada seorang ulama besar tentu merupakan suatu kesempatan yang senantiasa diharapkan bagi para penuntut ilmu di Kota Kota Suci kala itu, termasuk Nawawi muda tentunya, walau sang guru lebih muda setahun ketimbang dirinya. Apalagi tradisi “ijazah” (menimba ilmu dengan bertatap langsung dengan seorang guru yang berhak memberikan pengukuhan atas kemampuan ilmiah si murid) kala itu masih berkembang luas di kawasan Timur Tengah. Dan, seperti diketahui, subyek pengajaran yang berlangsung di halaqah-halaqah ilmiah di Masjid Al-Haram kala itu umumnya berkenaan dengan ilmu-ilmu keagamaan Islam dan bahasa Arab. Para penuntut ilmu di halaqah-halaqah Masjid Al-Haram tersebut tidak hanya terbatas pada warga Hijaz. Tapi, banyak di antaranya adalah mereka yang datang dari pelbagai penjuru Dunia Islam.
Selepas menimba ilmu kepada Syeikh Ahmad bin Zaini Dakhlan Al-Makki, Al-Nawawi kemudian menapakkan kakinya ke Kota Nabi, Madinah. Di kota terakhir ini ia menimba ilmu Syaikh Muhammad Khathib Al-Hambali. Lalu, karena belum merasa puas dengan menimba ilmu di kedua kota itu, ia pun berangkat ke Mesir dan Suriah untuk memperdalam ilmu kedua negara itu.
Selepas tiga tahun berkelana untuk menimba ilmu, Nawawi lantas kembali ke tanah air. Namun, hasratnya yang besar untuk belajar mendorongnya balik ke Tanah Suci. Di Tanah Suci ia mengembangkan ilmunya dengan menelaah dan mengajar sampai menghadap Sang Pencipta pada 1315 H/1897 M dan dimakamkan di Makam Ma‘la, berdekatan dengan makam Asma’ binti Abu Bakar Al-Shiddiq dan Ibn Hajar Al-Haitami, seorang ahli hukum Islam terkemuka asal Mesir yang menganut Mazhab Syafi‘i. Tentang kegiatannya selama di Tanah Suci, C. Snouck Hurgronye yang sempat bertemu dengannya, mencatat dalam karyanya Mekka in the latter part of the Nineteenth Century:
“Selama 30 tahun ia terus menerus giat menimba ilmu pengetahuan Islam di Makkah, di samping membantu kelancaran belajar orang-orang Jawa di sana. Pertama-tama ia belajar di bawah bimbingan sejumlah ulama generasi yang lalu, seperti Khatib Sambas, Abdul Ghani Bima, dan lain-lain. Tetapi, gurunya yang sebenarnya adalah orang-orang Mesir: Yusuf Sumbulaweni, Nahrawi, dan Abdulhamid Daghistani, yang meninggal beberapa tahun yang lalu. Ia belajar di bawah bimbingan Daghistani bersama sejumlah ulama lain, sampai menjelang wafatnya Daghistani. Dulu, setiap waktu luang, ia mengajar. Tetapi 15 tahun terakhir, profesinya sebagai pengarang tidak memberinya banyak waktu untuk mengajar. Setiap hari, antara pukul setengah delapan pagi sampai sekitar pukul dua belas siang, ia memberikan tiga kali pengajian…“
Sebagai pengarang, ternyata Syaikh Nawawi Al-Bantani cukup produktif seperti halnya Syeikh Ahmad bin Zaini Dakhlan Al-Makki. Karya-karyanya meliputi berbagai aspek pengetahuan agama Islam. Sebagian besar karyanya merupakan uraian lebih mendalam atas karya-karya para ulama sebelumnya. Memang, demikianlah corak karya tulis para ulama masa itu. Karya mereka lebih banyak berbentuk ulasan terhadap suatu karya ulama sebelum mereka, ketimbang karya sendiri yang berupaya menguak persoalan baru. Di antara karyanya adalah Tafsir Marah Labîb (1298 H/1880 M), Fath Al-Mujîb (1299 H/1881 M), dan Lubâb Al-Bayân (1302 H/1884 M). Produktifitasnya sebagai mengarang membuat Syekh Nawawi Al-Bantani menjadi terkenal. Ketenarannya tidak hanya sebatas kalangan kaum Muslim “Jawa” saja. Tapi, meluas di Dunia Arab. Khususnya negara-negara yang kebanyakan penduduknya menganut Mazhab Syafi‘i. Untuk ukuran masa itu, pencapaiannya cukup luar biasa. Tidak aneh bila ia mendapat gelar “Sayyid Ulamâ’ Al-Hijâz”, yang berarti “Tokoh Ulama Hijaz”.
Anda memiliki tulisan, karya tulis, dan khazanah ilmiah lainnya yang berkaitan dengan Syeikh Nawawi Al-Bantani, seorang ulama yang telah mengharumkan nama Indonesia di kawasan Timur Tengah ini? Bila ya, kiranya Anda berkenan mengirimkan fotokopinya ke “Rumah Dunia” tersebut. Tentu, Mas Gong dan teman-teman akan lebih senang dan berterimakasih jika yang Anda serahkan merupakan karya-karya asli, bukan fotokopi. Jazâkumullâh Ahsanal Jazâ’! **
*) Ahmad Rofi’ Usmani, pengagum Syeikh Nawawi al-Bantani dari Bandung
*) Banten Raya Post –Selasa 25 September 2007

Anak-Anak Ajaib Palestina

Oleh: EH Ismail
Dari Jalur Gaza , Palestina
anak-gaza-1Delapan remaja berusia 15-18 tahun D sedang duduk melingkar saat saya berkunjung ke Masjid Al Abror di Rafah, wilayah Gaza, Palestina.
Tangan mereka memegang kitab suci Alquran. Ada Alquran yang berukuran kecil, sedang, dan ada pula yang besar.
Sepandangan mata, mereka membaca Alquran yang ada di tangan. Sekejap kemudian, Alquran ditutup dan mulutnya mengulangi ayat-ayat yang baru saja dibaca dengan mata terpejam. Gerakan itu dilakukan berulangulang. Di samping mereka, ada lingkaran anak-anak lain yang melakukan hal sama. Di hadapan para remaja ini, duduk Hasan Ali Al Azajy (47 tahun). Di depan Hasan, ada Alquran besar terbuka. Alquran dalam posisi setengah berdiri di atas meja kecil.
Di sisi lain masjid, sejumlah anak duduk berbaris memanjang berjarak satu meter, seperti antrean. Di hadapan mereka, ada seorang ustaz yang meletakkan Alquran sama seperti yang dilakukan Hasan. Hasan dan juga ustaz lainnya memanggil satu per satu anak itu ke hadapan mereka. Anak-anak pun maju tanpa Alquran lagi di tangan. Di hadapan para ustaz, mulailah mereka membaca ayat-ayat Alquran yang baru saja dihapalnya.
Pemandangan seperti di Masjid Al Abror, saya jumpai setiap hari di sejumlah masjid di Rafah. Kebetulan, saat ini adalah musim liburan sekolah. Kebanyakan anak dan remaja Gaza berkumpul di masjid selepas shalat Subuh sampai waktu Zuhur untuk mengikuti sekolah menghapal Alquran yang diadakan para pengurus masjid. Saya sudah mendengar berita tentang sekolah ini sebelum bertugas ke Gaza.
Mulanya, saya tak percaya banyak generasi belia Gaza mampu menghafal seluruh ayat Alquran dalam waktu dua bulan. Tapi, sekarang saya menyaksikan sendiri sejumlah anak dalam waktu tiga jam bi sa hafal satu juz Alquran! Pa da hal, dia hanya membaca se kelebat dan kemudian meng ulanginya di hadapan sang ustaz. Sungguh luar biasa.
Hal yang membuat saya le bih terperangah adalah kon disi lingkungan mereka meng hafal Alquran yang jauh dari kata sepi dan sunyi. Masjid Al Abror terletak di tengah-te ngah pasar yang ramai dengan aktivitas dagang penduduk
Rafah. Saat saya datang, bunyi mesin bor menderu di sekitar mereka. Masjid yang hancur karena serangan roket Israel pada dini hari 15 Januari 2009 itu sedang direnovasi.
Keramik-keramik lantai masjid belum terpasang kembali. Atap pembatas antara lantai satu dan lantai dua masjid juga masih menganga.
Lubang bekas hantaman roket dan kipas angin yang menggelayut di atap masih terlihat jelas. Anak-anak itu harus belajar beralas tikar.
“Walaupun sedang renovasi, kami tak ingin anak-anak kehilangan waktu untuk belajar dan menghafal Alquran.
Biar saja sementara pakai tikar dan masih berpasir,” ujar Syekh Abu Mansoor, imam masjid Al Abror.
Di sebelah selatan Masjid Al Abror, saya mampir di Masjid Ibadurrahman. Masjid dua lantai ini memiliki bangun an yang jauh dari kesan me gah. Di lantai pertama, pe man dangan sama seperti di Masjid Al Abror kembali saya temui. Namun, jumlah anak dan remaja yang tengah meng hafal Alquran lebih banyak. Di lantai dua masjid, kerumunan anak-anak dan remaja putri juga tengah mengikuti sekolah menghafal Alquran.
Saat mencoba melongok ke lantai dua masjid, saya berbi cara dengan sejumlah ustazah guna mencari tahu rahasia kemampuan murid-murid me reka dalam menghafal Alquran secara cepat. Seorang usta zah menerangkan, mereka
bersyukur kepada Allah yang telah melahirkan mereka di negeri yang mempunyai bahasa Arab sebagai bahasa ibunya. “Bahasa Arab, bahasa Alquran, adalah bahasa kami.
Kami bersyukur atas berkah ini. Sekarang, kami ingin menjadi bagian dalam upaya memelihara kemurnian dan mukjizat Alquran,” papar ustazah yang tak saya ketahui wajahnya itu.
Tengah asyik mendengar penjelasan sang ustazah, seorang gadis mungil berlari sambil membawa secarik kertas ke hadapan saya. Di atas kertas buku yang sobek itu, tertera barisan kata-kata dalam bahasa Inggris. Si gadis pun membacakan tulisannya di hadapan saya. We are very happy to see you in our country Palestine. We are reading our Holly Book (Quran). Certainly Quran is protected in our hearts, chests, minds, and tongues.
Help us to be the best Muslims in the world.
Saya ingin memeluk gadis itu kalau tak sadar banyak wanita bercadar di sekeliling saya. Saya pun hanya mem belai kepala sang gadis dan membisikkan kata, “Insya Allah, I will help you my little beautiful sister.” Semuanya pun tertawa riang.
Gadis itu bernama Aya Saad Abu Jazair. Usianya baru 13 tahun dan dia adalah anak terpandai di sekolah dalam menghafal Alquran di Masjid Ibadurrahman. Sambil ber gurau, sang ustazah berkata, “Saya yakin, hafalan Alquran nya lebih baik dari Anda, saudaraku dari Indonesia.”
Saya pun mencoba memastikan tebakan sang ustazah. Saya ambil Alquran kecil dalam tas dan membaca sembarang ayat yang saya buka.
Begitu satu ayat saya baca, Aya Saad pun melanjutkan ayat selanjutnya tanpa kesalahan sama sekali! Saya coba lagi dengan menyebutkan nama surah Almukminuun, lagilagi Aya Saad melafalkan ayatayat dalam surah itu dengan sempurna. Kami pun tertawa kembali.
Pimpinan Yayasan Darul Quran dan Sunah Rafah, Soleh Ibnu Mansoor (Abu Hakim), mengatakan, saat ini lebih dari 40 ribu anak-anak dan remaja Gaza hafal Alquran. Abu Hakim meyakini, menghafal Alquran bukanlah soal ada atau tidak ada waktu. Bukan pula soal bisa atau tidak bisa bahasa Arab. Kun cinya, semangat dan ke imanan yang menjadi bahan bakar utama. “Anda lihat sen diri, tidak ada yang luar biasa yang kami lakukan un tuk meng hafal Alquran. Anak-anak hanya duduk membaca, kemudian mengulanginya dengan kesung guhan hati,” papar Abu Hakim.
Dia melanjutkan, tertanam nya keyakinan dalam dada anak-anak Gaza—hanya Al quran yang bisa menyelamat kan mereka dari semua co baan hidup di dunia dan mengantarkan mereka dalam kehidupan bahagia di akhirat kelak—merupakan faktor utama cepatnya kemampuan menghafal Alquran. “Kami ju ga yakin, Alquran wasilah kami untuk menjadi Muslim yang tangguh dan terus menegak kan Islam di dunia ini,” ucap Abu Hakim. ■ ed: rahmad bh
(Sumber Harian Republika Kamis, 22 Juli 2010)

Sabtu, 25 Desember 2010

Tentang Jibril A.S.

 

 


Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibri AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.
Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.
Malaikat Jibril AS mendatangi seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah goa. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.

Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal saleh ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya".

Ragu kepada Al Qur'an

Malapetaka besar akan menimpa umat manusia. Saat ini, manusia sudah tidak peduli dengan apa-apa yang disampaikan Tuhan lewat kitab suci. Manusia bergerak bebas menurut kelincahan logika dan ilmu mereka. Manusia membangun peradaban yang sangat mewah dan excellent. Manusia merasa tidak membutuhkan lagi bimbingan dari Tuhan.
Orang-orang meragukan al Qur'an. Nilai dan kualitas hidup yang dibicarakan Tuhan dalam al Qur'an sudah mulai ditinggalkan. Manusia berjalan dengan arogan..

Minggu, 12 Desember 2010


Melacak Sumber Kegelisahan

Sudah jamak ; saat ini diam-diam banyak orang dikepung oleh rasa gelisah. Perasaan takut. Perasaan tidak tenang. Perasaan tidak nyaman. Perasaan tidak aman. Seolah-olah ada ancaman yang mengerikan. Perasaan ini biasanya tidak nampak ke permukaan. Mengendap dan tersembunyi. Sangat rahasia. Virus ini menyerang amat dahsyat. Gelisah lebih ganas dari kanker. Sebab kanker hanya menggerogoti organ badan, sementara gelisah menghancurkan software. Gelisah menyerang sel-sel yang terdapat di dalam psikis. Gelisah bisa menghantam sistem imun  jiwa seseorang.
Gelisah bisa datang kapan saja, dimana saja dan kepada siapapun. Ketika shalat, seseorang bisa gelisah. Saat hendak tidur, seseorang bisa gelisah. Ketika di dalam kendaraan, seseorang bisa gelisah. Atau saat sedang makan, seseorang bisa gelisah.

Gelisah itu makhluk

Anda tahu sebuah apel? Apel itu tidak semerta-merta datang dan kemudian duduk-duduk di swalayan atau di pasar. Apel memiliki tangkai, daun, dahan, pohon dan akar. Apel juga memiliki tempat untuk hidup yaitu tanah. Semua proses yang berkaitan dengan apel tidaklah berdiri sendiri. Apel itu makhluk. Apel diciptakan dan ada penciptanya. Demikian juga dengan gelisah. Gelisah itu makhluk. Gelisah diciptakan dan ada penciptanya. Kemudian ada siklus dan masa proses.
Apel diciptakan Tuhan. Seorang petani tidak pernah tahu bagaimana sebuah apel diciptakan Tuhan. Sebab ketika Tuhan mendesain apel, si petani sudah selonjoran di rumah karena lelah mengurusi kebun. Saat apel itu mulai tumbuh dan berbunga, si petani sudah tidur pulas dari jam sembilan malam sampai terbit matahari. Seorang petani hanya merawati tumbuhan apel. Selebihnya adalah urusan Tuhan.
Seperti halnya apel, gelisah juga diciptakan oleh Tuhan. Seseorang tidak pernah tahu bagaimana sebingkai  gelisah diciptakan Tuhan. Sebab ketika Tuhan mendesain gelisah, seseorang malah sedang bermain-main di atas bumi karena terlalu capek menjalani hidup. Dan saat gelisah mulai muncul dengan serius, seseorang sudah terlelap di tempat tidur. Sementara sisanya adalah tugas dan pekerjaan Tuhan.

Kasih Sayang Tuhan

Inilah pekerjaan-pekerjaan Tuhan ; menjaga siklus matahari, merawati tujuh langit dan bumi. Meninggikan derajat manusia. Menyediakan segala kebutuhan hidup untuk manusia. Suplai air dan makanan melimpah. Oksigen beredar sempurna. Cadangan energi dan pertambangan tak ada susutnya. Lautan di penuhi beribu ekosistem. Dan di atas bumi ; manusia dibiarkan berkejaran dengan hal apapun yang dihajati.  
Kemudian Tuhan menciptakan gelisah dengan amat gampang. Gelisah itu mirip embrio ; ia tumbuh dan berkembang pesat secara massif. Saat ini, kegelisahan itu masuk secara diam-diam dalam jumlah yang amat banyak. Gelisah 7 digit, 12 digit dan seterusnya. Gelisah juga mirip bakteri ; ia bisa beranak-pinak dalam jumlah yang mencengangkan. Ketika gelisah ini menumpuk, membentuk lapisan salju ; maka segalanya akan menjadi beku.
Sebab kasih-sayang Tuhan yang meliputi alam semesta ; gugusan gelisah senantiasa diciptakan oleh Tuhan. Gelisah akan masuk ke kamar Anda, ke ruang kerja saya, ke file logika anak-anak Anda dan saya. Gelisah juga akan bertamu ke isteri Anda, atau ke pembantu rumah tangga Anda. Bahkan ia akan masuk ke pesawat pribadi presiden Anda. Gelisah akan menemui seorang guru sekaligus seorang murid. Gelisah akan terus lahir dan masuk ke setiap rumah di muka bumi ; rumah orang-orang kaya dan orang-orang miskin. Gelisah tidak pernah memilih tempat, karena ia akan betah dimanapun. Karena cinta Tuhan kepada umat manusia ; salah satu spesies makhluk yang dibanggakan Tuhan di hadapan para malaikatnya, maka Tuhan menciptakan kegelisahan.

Ragu tentang Tuhan

Dimensi hidup tidak bisa dikalkulasi dengan angka-angka. Sebab angka dan logika tidak akan memadai untuk membaca. Orang sehat tiba-tiba meninggal dunia. Orang gila yang hidup di jalanan, bahkan hanya memakan barang-barang sisa di tong sampah, sampai bertahun-tahun bisa bertahan hidup ; ia tetap sehat dan tidak pernah dirujuk ke rumah sakit. Suami-isteri sudah 15 tahun menikah belum punya momongan, sementara anak SMA yang cuma main-main malah hamil di luar nikah. Sebuah pesawat mreteli di udara, 459 penumpang selamat. Kecelakaan ringan di depan pasar, seorang korban meninggal dunia. Seorang buruh bangunan bekerja puluhan tahun tetap miskin. Di lain waktu, seorang tukang tembel ban naik haji.
Manusia disodori kejadian olah Tuhan. Tiap waktu ada peristiwa besar. Siang berganti malam. Matahari berganti bintang. Ada hujan ada terang. Ada tumbuh-tumbuhan ada daun berguguran. Manusia dikelilingi peristiwa dan kejadian ; Tuhan tidak sedang diam, Tuhan berbuat, Tuhan bekerja menurut apa yang Dia kehendaki sepanjang waktu. Tuhan senantiasa mengatur dan menjaga semesta secara seimbang.
Pada episode yang sama, manusia juga berbuat, manusia bekerja menurut apa yang manusia kehendaki. Manusia mempersembahkan karya-karya besar ; membangun benteng, membelah lautan, eksplorasi perut bumi dan jelajahi angkasa. Dan inilah hasil rekayasa itu ; manusia masa depan telah terbentuk di bumi. Pencapaian logika manusia terus bergerak ke arah sempurna. Manusia mulai terhubung hanya dengan satu tombol di Blackberry. Mereka bisa bertemu, saling belajar, bertukar informasi dan menciptakan pola hidup baru yang mekanis.
Realitas terbaru ; saat ini manusia tidak lagi memerlukan Tuhan. Manusia hanya membutuhkan materi untuk bergerak dan bertahan hidup. Eksistensi manusia ditentukan oleh ilmu, sains, tekhnologi, informasi dan materi. Manusia mulai ragu tentang Tuhan. Kosa kata “Tuhan” mulai dibuang secara diam-diam, masuk ke Recycle Bin.
Praduga manusia ; Tuhan ternyata diam dan tidak berbuat apa-apa. Tuhan hanya melihat apa yang sedang berlangsung. Tuhan membiarkan manusia berbuat kerusakan dan saling mencederai. Tuhan tidak care dengan keadaan sejarah dan masa depan bumi. Tuhan sedang dinas ke luar kota. Tuhan tidak memegang ubun-ubun peradaban manusia.

Segera Kembali

Manusia masa depan [Berjejal di pusat-pusat bisnis dan rekayasa tekhnologi. Bertebaran di blok-blok hunian, industi dan perbelanjaan. Berdesakan di wilayah-wilayah padat penduduk. Bertebaran di tempat-tempat akses ekonomi] sangat khusyuk dengan apa yang terjadi ; bahwa materi adalah sumber energi. Tuhan sedang berbuat ; kegelisahan yang datang ke jiwa Anda dan saya, sengaja diciptakan Tuhan untuk menjaga bumi. Kita semua akan kembali kepada Tuhan ; dengan sukarela atau terpaksa. Kita akan sampai ke garis finish. Praduga kita tentang Tuhan, akan kita benahi bersama-sama di Facebook, di kantor, di pasar, di swalayan, di angkot, dan di rumah. Sebab masih ada generasi yang harus diselamatkan, di belakang kita!*



Subhanahu wa Ta’ala ‘amma Yasifun.






Rabu, 08 Desember 2010

Tuhan selalu menjagamu

Banyak orang bingung tentang Tuhan. Mereka meragukan Tuhan. Mereka tidak percaya dengan Tuhan. Mereka ingin Tuhan turun langsung ke kota, misalnya menjadi gubernur, kemudian datang ke tiap-tiap rumah warga. Tuhan bisa langsung mengatasi kemacetan kota, pengangguran, banjir, rekrutmen CPNS, bahkan pemilukada. Tuhan bisa sidak ke terminal dan pasar-pasar ; memantau arus lalu lintas dan pergeseran harga sembako. Tuhan harus hadir menemani para penguasa agar mereka amanah menjaga rakyat. Dan Tuhan harus hadir menemani rakyat agar mereka bisa mendukung roda pemerintahan yang sedang berlangsung.
Manusia meragukan Tuhan dengan sempurna. Manusia ingin Tuhan menjadi bupati, kemudian datang ke tiap-tiap petani untuk membela mereka di hadapan para pengusaha. Manusia ingin Tuhan menjadi manusia.