Sabtu, 22 Januari 2011

Islam di China

Tuntutlah Ilmu sampai ke negeri Cina," begitu kata petuah Arab. Jauh sebelum ajaran Islam diturunkan Allah SWT, bangsa Cina memang telah mencapai peradaban yang amat tinggi. Kala itu, masyarakat Negeri Tirai Bambu sudah menguasai beragam khazanah kekayaan ilmu pengetahuan dan peradaban.

Tak bisa dipungkiri bahwa umat Islam juga banyak menyerap ilmu pengetahuan serta peradaban dari negeri ini. Beberapa contohnya antara lain, ilmu ketabiban, kertas, serta bubuk mesiu. Kehebatan dan tingginya peradaban masyarakat Cina ternyata sudah terdengar di negeri Arab sebelum tahun 500 M.

Sejak itu, para saudagar dan pelaut dari Arab membina hubungan dagang dengan `Middle Kingdom' - julukan Cina.  HISTORY OF ISLAM IN CHINA 

Untuk bisa berkongsi dengan para saudagar Cina, para pelaut dan saudagar Arab dengan gagah berani mengarungi ganasnya samudera. Mereka `angkat layar' dari Basra di Teluk Arab dan kota Siraf di Teluk Persia menuju lautan Samudera Hindia.

Sebelum sampai ke daratan Cina, para pelaut dan saudagar Arab melintasi Srilanka dan mengarahkan kapalnya ke Selat Malaka. Setelah itu, mereka berlego jangkar di pelabuhan Guangzhou atau orang Arab menyebutnya Khanfu. Guangzhou merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan tertua di Cina. Sejak itu banyak orang Arab yang menetap di Cina.

Ketika Islam sudah berkembang dan Rasulullah SAW mendirikan pemerintahan di Madinah, di seberang lautan Cina tengah memasuki periode penyatuan dan pertahanan. Menurut catatan sejarah awal Cina, masyarakat Tiongkok pun sudah mengetahui adanya agama Islam di Timur Tengah. Mereka menyebut pemerintahan Rasulullah SAW sebagai Al-Madinah.
Orang Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti 'agama yang murni'. Masyarakat Tiongkok menyebut Makkah sebagai tempat kelahiran 'Buddha Ma-hia-wu' (Nabi Muhammad SAW). Terdapat beberapa versi hikayat tentang awal mula Islam bersemi di dataran Cina. Versi pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina dibawa para sahabat Rasul yang hijrah ke al-Habasha Abyssinia (Ethopia). Sahabat Nabi hijrah ke Ethopia untuk menghindari kemarahan dan amuk massa kaum Quraish jahiliyah. Mereka antara lain; Ruqayyah, anak perempuan Nabi; Usman bin Affan, suami Ruqayyah; Sa'ad bin Abi Waqqas, paman Rasulullah SAW; dan sejumlah sahabat lainnya.

Para sahabat yang hijrah ke Etopia itu mendapat perlindungan dari Raja Atsmaha Negus di kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak kembali ke tanah Arab. Konon, mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di daratan Cina pada saat Dinasti Sui berkuasa (581 M - 618 M).

Sumber lainnya menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina ketika Sa'ad Abi Waqqas dan tiga sahabatnya berlayar ke Cina dari Ethopia pada tahun 616 M. Setelah sampai di Cina, Sa'ad kembali ke Arab dan 21 tahun kemudian kembali lagi ke Guangzhou membawa kitab suci Alquran.

Ada pula yang menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina pada 615 M - kurang lebih 20 tahun setelah Rasulullah SAW tutup usia. Adalah Khalifah Utsman bin Affan yang menugaskan Sa'ad bin Abi Waqqas untuk membawa ajaran Illahi ke daratan Cina. Konon, Sa'ad meninggal dunia di Cina pada tahun 635 M. Kuburannya dikenal sebagai Geys' Mazars.

Utusan khalifah itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti Tang. Kaisar pun lalu memerintahkan pembangunan Masjid Huaisheng atau masjid Memorial di Canton - masjid pertama yang berdiri di daratan Cina. Ketika Dinasti Tang berkuasa, Cina tengah mencapai masa keemasan dan menjadi kosmopolitan budaya. Sehingga, dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal masyarakat Tiongkok.

Pada awalnya, pemeluk agama Islam terbanyak di Cina adalah para saudagar dari Arab dan Persia. Orang Cina yang pertama kali memeluk Islam adalah suku Hui Chi. Sejak saat itu, pemeluk Islam di Cina kian bertambah banyak. Ketika Dinasti Song bertahta, umat Muslim telah menguasai industri ekspor dan impor. Bahkan, pada periode itu jabatan direktur jenderal pelayaran secara konsisten dijabat orang Muslim.

Pada tahun 1070 M, Kaisar Shenzong dari Dinasti Song mengundang 5.300 pria Muslim dari Bukhara untuk tinggal di Cina. Tujuannya untuk membangun zona penyangga antara Cina dengan Kekaisaran Liao di wilayah Timur Laut. Orang Bukhara itu lalu menetap di di antara Kaifeng dan Yenching (Beijing). Mereka dipimpin Pangeran Amir Sayyid alias 'So-Fei Er'. Dia bergelar `bapak' komunitas Muslim di Cina.

Ketika Dinasti Mongol Yuan (1274 M -1368 M) berkuasa, jumlah pemeluk Islam di Cina semakin besar. Mongol, sebagai minoritas di Cina, memberi kesempatan kepada imigran Muslim untuk naik status menjadi Cina Han. Sehingga pengaruh umat Islam di Cina semakin kuat. Ratusan ribu imigran Muslim di wilayah Barat dan Asia Tengah direkrut Dinasti Mongol untuk membantu perluasan wilayah dan pengaruh kekaisaran.

Bangsa Mongol menggunakan jasa orang Persia, Arab dan Uyghur untuk mengurus pajak dan keuangan. Pada waktu itu, banyak Muslim yang memimpin korporasi di awal periode Dinasti Yuan. Para sarjana Muslim mengkaji astronomi dan menyusun kalender. Selain itu, para arsitek Muslim juga membantu mendesain ibu kota Dinasti Yuan, Khanbaliq.

Pada masa kekuasaan Dinasti Ming, Muslim masih memiliki pengaruh yang kuat di lingkaran pemerintahan. Pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang adalah jenderal Muslim terkemuka, termasuk Lan Yu Who. Pada 1388, Lan memimpin pasukan Dinasti Ming dan menundukkan Mongolia. Tak lama setelah itu muncul Laksamana Cheng Ho - seorang pelaut Muslim andal.

Saat Dinasti Ming berkuasa, imigran dari negara-negara Muslim mulai dilarang dan dibatasi. Cina pun berubah menjadi negara yang mengisolasi diri. Muslim di Cina pun mulai menggunakan dialek bahasa Cina. Arsitektur Masjid pun mulai mengikuti tradisi Cina. Pada era ini Nanjing menjadi pusat studi Islam yang penting. Setelah itu hubungan penguasa Cina dengan Islam mulai memburuk.

Masa Surut Islam di Daratan Cina
Hubungan antara Muslim dengan penguasa Cina mulai memburuk sejak Dinasti Qing (1644-1911) berkuasa. Tak cuma dengan penguasa, relasi Muslim dengan masyarakat Cina lainnya menjadi makin sulit. Dinasti Qing melarang berbagai kegiatan Keislaman.

Menyembelih hewan qurban pada setiap Idul Adha dilarang. Umat Islam tak boleh lagi membangun masjid. Bahkan, penguasa dari Dinasti Qing juga tak membolehkan umat Islam menunaikan rukun Islam kelima - menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah.

Taktik adu domba pun diterapkan penguasa untuk memecah belah umat Islam yang terdiri dari bangsa Han, Tibet dan Mogol. Akibatnya ketiga suku penganut Islam itu saling bermusuhan. Tindakan represif Dinasti Qing itu memicu pemberontakan Panthay yang terjadi di provinsi Yunan dari 1855 M hingga 1873 M.

Setelah jatuhnya Dinasti Qing, Sun Yat Sen akhirnya mendirikan Republik Cina. Rakyat Han, Hui (Muslim), Meng (Mongol) dan Tsang (Tibet) berada di bawah Republik Cina. Pada 1911, Provinsi Qinhai, Gansu dan Ningxia berada dalam kekuasaan Muslim yakni keluarga Ma.

Kondisi umat Islam di Cina makin memburuk ketika terjadi Revolusi Budaya. Pemerintah mulai mengendorkan kebijakannya kepada Muslim pada 1978. Kini Islam kembali menggeliat di Cina. Hal itu ditandai dengan banyaknya masjid serta aktivitas Muslim antaretnis di Cina.
 




Tokoh Muslim Terkemuka dari Tiongkok 
Dominasi peran Muslim dalam lingkaran kekuasaan dinasti-dinasti Cina pada abad pertengahan telah melahirkan sejumlah tokoh Muslim terkemuka. Mereka adalah:

Pelaut dan Penjelajah
* Cheng Ho atau Zheng He: Laksamana Laut Cina yang menjelajahi dua benua dalam tujuh kali ekspedisi.
* Fei Xin: Penerjemah andalan Cheng Ho.
* Ma Huan: Seorang pengikut Ceng Ho.

Militer
* Jenderal pendiri Dinasti Ming: Chang Yuchun, Hu Dahai, Lan Yu, Mu Ying.
* Pemimpin pemberontakan Panthay: Du Wenxiu, Ma Hualong.
* Kelompok tentara Ma selama era Republik Cina: Ma Bufang, Ma Chung-ying, Ma Fuxiang, Ma Hongkui, Ma Hongbin, Ma Lin, Ma Qi, Ma Hun-shan Bai Chongxi.

Sarjana dan Penulis
* Bai Shouyi, sejarawan.
* Tohti Tunyaz, sejarawan.
* Yusuf Ma Dexin, penerjemah Alquran pertama ke dalam bahasa Cina.
* Muhammad Ma Jian, penulis dan peberjemah Alquran terkemuka.
* Liu Zhi, penulis di era Dinasti Qing.
* Wang Daiyu, ahli astronomi pada era Dinasti Ming.
* Zhang Chengzhi, penulis kontemporer.

Politik
* Hui Liangyu, Wakil Perdana Menteri Urusan Pertanian RRC
* Huseyincan Celil, Imam Uyghur yang dipenjara di Cina
* Xabib Yunic, Menteri Pendidikan Second East Turkistan Republic
* Muhammad Amin Bughra, Wakil Ketua Second East Turkistan Republic

Lainnya
* Noor Deen Mi Guangjiang, ahli kaligrafi.
* Ma Xianda, ahli beladiri.
* Ma Menta, pengurus Federasi Wushu Tongbei Rusia.



 

0548muslim01.jpg



  cn.jpg


                                            

Jumat, 21 Januari 2011

Islam di Hongkong


Facade of the masjid.
: Wikipedia
Islam di Hong Kong diamalkan oleh sekitar 20,000 Muslim. Kebanyakannya adalah Cina dari suku Han, dengan bakinya dari Pakistan, India, Malaysia, Indonesia, dan Timur TengahAfrika. Empat masjid utama digunakan bagi solat setiap hari. Yang tertua adalah Masjid Jalan Shelley di Pulau Hong Kong, yang dibina pada tahun 1840-an1915. Masjid Kowloon dan Pusat Islam di Jalan Nathan, dibuka pada tahun 1984, mampu menampung sekitar 3,500 ahli. Masjid dan Pusat Islam di Jalan Oi Kwan di Wan Chai dibuka pada September 1981 dan mampu menampung ahli seramai lebih dari 700 jamaah. Perkuburan Muslim Tanjung Collinson turut mempunyai masjid. dan negara-negara dan dibina semula pada

Islam di China

Islam in China.jpg
Sejarah Islam di China
Sejarah
Wangsa Tang
Wangsa Song
Wangsa Yuan
Wangsa Ming
Wangsa Qing
1911-Kini
Seni bina
Masjid China
Masjid Niujie
Tokoh utama
Lan YuHui LiangyuMa Bufang
Yusuf Ma DexinZheng HeLiu Zhi
Haji Noor
Kumpulan Puak
HuiSalarUygur
KazakhsKyrgyzTatarBonan
UzbeksRakyat TibetDongxiang
Suku TajikUtsul
Bandar/Wilayah Islam
LinxiaXinjiang
NingxiaKashgar
Budaya
Persatuan Islam China
MasakanKhatSeni pertahan diri

Islam di Iran

: Wikipedia

Islam merupakan agama rasmi di Iran. 98 peratus daripada penduduk Iran menganut agama ini dan 89 peratus daripada penduduk Islam berpegang kepada ajaran Syiah dan 9 peratus berpegang kepada ajaran Sunah. Kebanyakan mereka yang beraliran Sunah adalah suku Turkomen, suku Arab, suku Balochi dan suku Kurdi dan mereka ini bertumpu di barat daya, tenggara, timur laut dan barat luat Iran.[1] Kebanyakan penganut Syiah pula beraliran Ithna ashariyyah.
Sejak penawanan tentera Islam di Parsi, agama Islam dijadikan agama rasmi Iran kecuali ketika pencerobohan tentera Mongol dan juga ketika pemerintahan wangsa Ilkhanat. Iran menjadi republik Islam pada tahun 1979 apabila perlembagaan baru yang berunsur negara Islam diluluskan parlemen.

Sejarah

Kemaraan tentera Islam di Parsi pada 637-651 mengakhiri kegemilangan Empayar SassanidMajusi di Empayar Parsi. Namun begitu, tamadun Parsi tidak berakhir begitu sahaja. Ia mula berkembang bersama-sama dengan tamadun Islam. dan seterusnya memusnahkan agama
Sebelum datangnya Islam di Parsi, kebanyakan orang Parsi beragama Majusi dan juga terdapat kumpulan minoriti beragama kristian atau nasrani dan Yahudi. Penyebaran Islam di Parsi merupakan sebuah proses yang perlahan. Penduduk-penduduk kota merupakan antara yang terawal memeluk Islam dan perlahan-lahan tersebar di kalangan petani dan dihqans atau ningrat. Pada abad ke 10, majoriti orang Parsi telah pun memeluk Islam dan kebanyakan mereka beraliran Sunah. Ajaran Syiah tiba di Parsi pada abad ke 15.

Islam Syiah di Iran




Makam Imam Reza Mashhad, Iran

Walaupun Syiah sudah menapak di Iran ketika zaman awal Islam, kebanyakan penduduk Iran pada mulanya adalah Sunah sehingga abad ke 17. Pada abad ke 16, wangsa Safavid menjadikan Syiah sebagai agam rasmi Iran dan akhirnya kebanyakn penduduk Iran mula memeluk agama Islam Syiah. Pada pertengahan kurun ke 17, mejoriti penduduk Iran sudah pun menjadi muslim Syiah.

Islam di Belanda

 : Wikipedia

Penduduk Islam Belanda adalah pelbagai. Salah satu kumpulan pertama yang menumbuhkan sebuah tempat tetap di Belanda adalah orang-orang yang berasal dari Indonesia. Pada waktu itu, Indonesia adalah tanah jajahan Belanda dan orang-orang dari Indonesia dibenarkan untuk belajar di Belanda.
Pada dekad-dekad 1970-an dan 1980-an, Belanda memerlukan tenaga kerja yang lebih besar dan terpaksa mencarikannya di luar sempadan. Orang-orang dari Turki, Maghribi, Algeria, dan sebilangan negara Islam yang lain dibenarkan tinggal di Belanda secara sementara. Bagaimanapun, kebanyakan mereka tinggal secara tetap dan memulakan kehidupan yang baru di negara ini. Oleh itu, komuniti Islam di Belanda berkembang dengan ketara.
Sebuah tinjauan pendapat terkini oleh Motivaction/GPD yang melibatkan 1,200 orang dewasa Belanda (+/- 3%) mendapati bahawa pada bulan Mei 2006, 63% daripada warganegara Belanda berasa bahawa agama Islam adalah tidak secocok dengan kehidupan Eropah moden. [1]


Keadaan Demografi

Menurut Biro Statistik Pusat (CBS), sebuah syarikat kerajaan Belanda, 5.8% daripada jumlah penduduk Belanda adalah Muslim (1 Januari 2004):
"Terdapat 945,000 orang Muslim yang tinggal di Belanda pada 1 Januari tahun ini (2004), dua kali lebih banyak daripada jumlahnya pada tahun 1990, Biro Statistik Pusat (CBS) berkata hari Isnin. Bilangan ini dijangka akan mencapai 1 juta pada tahun 2006...."
"Komuniti Islam terdiri daripada 5.8% jumlah penduduk Belanda pada 1 Januari 2004 dan bilangannya akan bertambah pada tahun-tahun yang akan datang. CBS menjangka bahawa bilangan Muslim di Belanda akan melebihi sejuta orang pada tahun 2006." [2] [3]

Rujukan

  1. Laman web Angus-Reid: Islam tidak secocok dengan Eropah, kata Belanda.
  2. Komuniti Islam Belanda akan mencapai 1 juta pada tahun 2006.
  3. Hampir sejuta Muslim di Belanda.


Islam mengikut negara

Mecca skyldie.jpg
Islam di Afrika
Afrika SelatanAlgeriaAngolaBeninBotswanaBurkina FasoBurundiCameroonCape VerdeChadComorosDjiboutiEritreaGabonGambiaGhanaGuineaGuinea-BissauGuinea KhatulistiwaHabsyahCôte d'IvoireKenyaLesothoLiberiaLibyaMadagascarMaghribiMalawiMaliMauritaniaMauritiusMesirMozambiqueNamibiaMesirNigerNigeriaRepublik  Afrika TengahRepublik CongoRepublik  Demokratik  CongoRwandaSahara Barat (Republik Demokratik Arab  Sahara)São Tomé dan PríncipeSenegalSeychellesSierra LeoneSomaliaSudanSwazilandTanzaniaTogoTunisiaUgandaZambiaZimbabwe
Islam di Asia
AfghanistanArab SaudiArmeniaAzerbaijanBahrainBangladeshBhutanBruneiChina (Republik China (Hong KongMacau)• (Taiwan)• CyprusEmiriah Arab BersatuFilipinaGeorgiaIndiaIndonesiaIranIraqIsrael dan PalestinJepunJordanKazakhstanKembojaKorea (Korea UtaraKorea  Selatan)• KuwaitKyrgyzstanLaosLubnanMalaysiaMaldivesMongoliaMyanmarNepalOmanPakistanQatarRusiaSingapuraSri LankaSyriaTajikistanThailandTimor  TimurTurkmenistanUzbekistanVietnamYaman
Islam di Eropah
AlbaniaAndorraArmeniaAustriaAzerbaijanBelandaBelarusBelgiumBosnia dan HerzegovinaBulgariaCroatiaCyprusDenmarkEstoniaFinlandGeorgiaGreeceJermanHungaryIcelandIrelandItaliKazakhstanKota  VaticanLatviaLiechtensteinLithuaniaLuxembourg MaltaMoldovaMonacoMontenegroNorwayPerancisPolandPortugalRepublik   CzechRepublik MacedoniaRomaniaRusiaSan MarinoSerbiaSlovakiaSloveniaSepanyolSwedenSwitzerlandTurkiUkraineUnited Kingdom
Islam di Amerika Utara dan Islam di Amerika Selatan
ArgentinaBoliviaBrazilChileColombiaEcuadorGuyanaPanamaParaguayPeruSurinameTrinidad   dan  TobagoUruguayVenezuelaAmerika Syarikat Antigua dan BarbudaBahamasBarbadosBelizeCosta RicaCubaDominicaEl SalvadorGrenadaGuatemalaHaitiHondurasJamaicaKanadaMexicoNicaraguaPanamaRepublik   DominicaSaint Kitts dan NevisSaint LuciaSaint Vincent dan Grenadines
Islam di Oceania
Australia
Australia
Pulau  Christmas(Keris Mas)Pulau  Cocos(Keeling) Pulau   Norfolk
Melanesia
Fiji
Kepulauan   SolomonNew CaledoniaPapua New GuineaTimor TimurVanuatu
Mikronesia
Guam
KiribatiKepulauan Mariana   UtaraKepulauan   MarshallNauruPalauPersekutuan  Negara  Micronesia
Polinesia
Amerika Samoa
Kepulauan CookNew ZealandNiuePitcairnPolinesia PerancisSamoaTokelauTongaTuvaluWallis dan Futuna


Minggu, 09 Januari 2011

Muslim di Italia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia

Sejarah Islam di Italia bermula pada abad ke-9: ketika Sisilia dan beberapa wilayah di Semenanjung Italia menjadi bagian kekuasaan Ummah Muslim antara tahun 828 (Penaklukkan Muslim Sisilia) dan pada tahun 1300 (kehancuran benteng pertahanan Islam terakhir di Lucera, Puglia), Islam hampir tidak ada lagi di Italia sejak zaman penggabungan negara di tahun 1861 hingga tahun 1970-an, saat dimana gelombang pertama imigran dari Afrika Utara mulai tiba. Bangsa tersebut, umumnya berasal dari bangsa Berber dan Arab, yang kebanyakan datang dari Maroko. Sebagian juga datang dari Albania, dan beberapa tahun kemudian, mereka juga diikuti oleh orang-orang Mesir, Tunisia, Senegal, Somalia, Pakistan dan lain-lain.[1]
Saat ini, terdapat 60.000 orang berkebangsaan Italia yang beragama Islam. Mereka merupakan orang asing yang menjadi warganegara Italia dan penduduk asli Italia yang memeluk Islam.
Islam tidak secara formal diperkenalkan oleh negara di Italia disamping menjadi kepercayaan terbesar kedua setelah Katolik. Kepercayaan lain termasuk Yahudi dan grup yang lebih kecil seperti Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah dan Gereja Advent Hari Ketujuh, telah disetujui oleh pemerintah Italia. Pengenalan resmi telah memberikan kepercayaan tersebut sebuah kesempatan menguntungkan dari "pajak agama" nasional yang dikenal sebagai Delapan per seribu.[2]

[sunting] Sejarah

Sejak awal abad ke-7 dan ke-8, sebagian bangsa Lombard, salah satu dari bangsa Jerman yang menguasai sebagian Italia, memilih meninggalkan kepercayaan Arianisme dan memeluk Islam disamping Katolik, sedangkan al-Ankubarti umumnya berjuang sebagai tentara sewaan dalam pasukan Arab di pantai Mediterrania Afrika, khususnya Ifriqiyah-Tunisia, dan juga Saqaliba oleh masyarakat Muslim Arab. Di Palermo Tengah, sebuah distrik diberi nama Saqaliba. Orang Sisilia-Saqaliba terkenal dari abad ke-10 adalah Gawhar Al-Siqilli, seorang pemimpin militer Fatimiyyah dan yang medirikan Cairo. Orang Sisilia-Saqaliba lain, adalah dari bangsa Slavia Sabir al-Fata, yang menaklukkan Taranto dan Otranto di tahun 927.

[sunting] Muslim Arab di Italia

Serangan Arab pertama terhadap Sisilia-Bizantium di tahun 652, 667, dan 720 mengalami kegagalan; Syracuse dapat ditaklukkan untuk pertama kalinya untuk sementara waktu pada tahun 708, namun sebuah invasi yang direncanakan di tahun 740 gagal dilaksanakan karena pemberontakan Berber dari Maghreb yang berlangsung hingga tahun 771 dan perang sipil di Ifriqiyah berlangsung hingga tahun 799. Sardinia bagaimanapun berhasil dikuasai Islam dalam beberapa tahapan pendudukan yang berlangsung pada tahun 711, 720, dan 760 secara berturut-turut. Pulau Italia Pantelleria dapat ditaklukkan oleh bangsa Arab di tahun 700.

[sunting] Muslim di Sisilia

Untuk mengakhiri pemberontakan pasukannya, hakim Aghlabiyyah dari Ifriqiyah mengirimkan para pemberontak Arab, Berber, dan Andalusia untuk menaklukkan Sisilia di tahun 827, 830, dan 875, dengan dipimpin oleh Asad bin al-Furat. Di tahun 902, hakim Ifriqiyah menjadikan dirinya sendiri untuk memimpin pasukan perang untuk bertempur di pulau tersebut. Hakim dari Sisilia, yang memberontak melawan Konstantinopel, dijuluki oleh kaum Muslim (disebut Saraken oleh orang Eropa) sebagai penolong. Di tahun 831 Palermo jatuh ke tangan mereka, kemudian di tahun 843 diikuti Messina, di tahun 878 Syracuse, di tahun 902 Taormina, di tahun 918 Reggio Calabria di daratan utama, dan di tahun 964 Rometta, dan yang benteng Bizantium terakhir yang tersisa di Sisilia.
Keberhasilan pertanian Sisilia di bawah kekuasaan Arab menjadikan pertanian tersebut terkenal di bidang ekspor. Seni dan kerajinan tangan menjadi berkembang pesat di kota itu. Palermo, ibu kota Arab di pulau itu, memiliki 300.000 penduduk saat itu, lebih banyak dari hasil penggabungan seluruh kota di Jerman. Pada awal abad ke-11, umat Muslim menjadi setengah populasi Sisilia, dengan bangsa Arab mendominasi utara pulau di sekitar Palermo dan bangsa Berber di area sekitar Agrigento di wilayah selatan.

Peperangan di Ostia tahun 849 mengakhiri serangan Arab ketiga di Roma.

[sunting] Emirat di Apulia

Dari Sisilia, bangsa Muslim mulai pindah ke daratan utama dan menguasai Calabria. Di tahun 835 dan kemudian tahun 837, Adipati Naples berjuang melawan Adipati Benevento yang diminta oleh bangsa Muslim untuk membantu. Di tahun 840, kota Taranto dan Bari jatuh ke tangan bangsa Muslim, dan di tahun 841, Brindisi juga mengalami kejatuhan. Capua dapat ditaklukkan, Benevento, yang saat itu di bawah kekuasaan bangsa Frank, dapat dikuasai pada tahun 840-847 dan tahun 851-52. Serangan bangsa Arab terhadap kota Roma pada tahun 843, 846 dan 849 berhasil digagalkan. Pada tahun 847, kota Taranto, Bari dan Brindisi menjatakan menjadi emirat independen dari Aghlabiyyah. Selama beberapa dekade, bangsa Muslims memerintah Mediterrania dan menyerang kota-kota pesisir Italia. Di tahun 868-870, kota Ragusa di Sisilia masih dalam kekuasaan bangsa Arab.
Hanya setelah kejatuhan Malta tahun 870, Kristen dunia barat berhasil dalam memperbaiki angkatan perang melawan Muslim. Kaisar Franko-Romawi Louis II menaklukkan Brindisi dan menumpas bangsa Arab di Bari tahun 871, namun kemudian jatuh tertawan Aghlabids. Sebagai gantinya, Byzantium menaklikkan Taranto tahun 880. Sejumlah kecil benteng Arab di selatan bertahan hinggan tahun 885, contohnya Santa Severina Crotone di Calabria. Tahun 882, bangsa Muslim dijumpai di mulut Sungai Garigliano antara Naples dan Roma basis baru jauh di utara, yang bersatu dengan Gaeta, dan menyerbu Campania seperti Sabinia di Lazio. Seratus tahun kemudian, Byzantium disebut bangsa Arab Sicilia sebagai pendukung melawan kempanye kaisar Jerman Otto II. Mereka mengalahkan Otto di Taranto tahun 982 dalam pertempuran di Crotone dan dalam 200 tahun berikutnya sebagian besar digantikan dalam mencegah penggantinya sejak memasuki Italia selatan.
Tahun 1002, Bari dikuasai lagi oleh bangsa Arab, namun kemudian dikuasai lagi oleh Byzantium. Melus (Melo), Emir Bari 1009-1019, melawan Byzantium dan dijuluki oleh orang Normandia sebagai penyelamat. Melus, berasal dari Lombard-Arabi, digambarkan sebagai Ismail dalam sulaman emas "Sternenmantel", yang diberikan kaisar Jerman Henry II.
Setelah Aghlabids dikalahkan di Ifriqiya, Sicily jatuh di abad ke-10 kepada pengganti Bani Fatimiyah mereka, namun mengklaim kemerdekaan setelah pertempuran antara Islam Sunni dan Islam Syi'ah dibawah Kalbids.

[sunting] Invasi di Piedmont

Setelah mereka menguasai kekaisaran Visigoth di Spanyol, bangsa Arab dan Barbar 729-765 dari Septimania dan Narbonne melakukan pengepungan di Italia utara, dan tahun 793 menyerbu lagi Perancis selatan (Nice 813, 859 dan 880). Tahun 888 Muslim Andalusia mengubah pasukan baru di Fraxinet dekat Frejus di Provinsi Perancis, dari dimana mereka mengawali pengepungan sepanjang pesisir dan di dalam Perancis.
Tahun 915, setelah Pertempuran Garigliano, bangsa Muslim kehilangan pasukan mereka di selatan Lazio. Tahun 926 Raja Hugh dari Italia memerintah bangsa Arab untuk bertempur mempertahankan Italia utara yg direbut miliknya. Tahun 934 dan 935 Genua dan La Spezia diserang, diikuti oleh Nice di tahun 942. Di Piedmont, bangsa Muslim menempuh sejauh Asti dan Novi, yang bergerak ke utara sepanjang lembah Rhône dan bagian barat Alps. Setelah kekalahan Pasukan Burgundy, Tahun 942-964 mereka menguasai Savoy dan menduduki sebagian Switzerland (952-960). Kota Swiss seperti Saratz tetap menggunakan lambang keberadaan Arab di wilayah itu. Untuk melawan bangsa Arab, Kaisar Berengar I, sainggan Hugh, memerintah bangsa Hungaria, dimana dalam pergerakannya, mereka menghancurkan utara Italia. Dibawah tekanan Raja Jerman, Fraxinet harus menyerah di tahun 972, namun tiga puluh tahun kemudian, di tahun 1002, Genoa diserbu, dan di tahun 1004 Pisa.
Pisa dan Genoa bergabung untuk mengakhiri aturan Muslim hingga Corsica (Islam 810/850-930/1020) dan Sardinia. Sejak 1015 Sardinia dilindungi oleh armada Emir Andalusia Dénia di Spanyol, yang dikalahkan oleh persatuan bangsa Italia tahun 1016 dan kemudian setelah invasinya tahun 1022. Hanya di tahun 1027 bangsa Italia berhasil dalam mengalahkan Muslim Sardinia; pergolahakan Muslim terakhir berakhir tahun 1050.

[sunting] Sisilia dibawah Normandia


Istana lama Emir: Palazzo dei Normanni.

San Giovanni degli Eremiti: Simbiosis Arabia-Byzantium-Normandia

Peta dunia oleh kartografer Morocca al-Idrisi untuk Raja Roger dari Sicily.
Budaya dan perekonomian di Sicily yang berawal di bawah Kalbid terhambat oleh pertempuran dalam, yang diikuti dengan intervensi, tahun 1027, oleh Zirids Tunisia, dan oleh Pisa (1030-1035) dan Byzantium. Sicily Timur (Messina, Syracuse dan Taormina) dikuasai oleh Byzantium tahun 1038-1042. Tahun 1059 kemudian bangsa Normandia dari Italia selatan, dipimpin oleh Roger I, bergabung dalam pertempuran. Bangsa Normandia menduduki Reggio di tahun 1060 (tahun 1027 merebut dari Arab oleh Byzantium). Tahun 1061 Messina jatuh ke tangan Normandia; sebuah invasi oleh Hammadid Algeria untuk memelihara peraturan Islam yang terhambat di tahun 1063 oleh armada Genoa dan Pisa. Kekalahan Palermo tahun 1072 dan Syracuse tahun 1088 tidak dapat dicegah. Noto dan pertahanan Muslim terakhir di Sicily jatuh di tahun 1091. Tahun 1090-91 bangsa Normandia juga menduduki Malta; Pantelleria jatuh di tahun 1123.
Populasi Muslim penting tersisa di Sicily dibawah Normandia.[3][4] Roger II yang menjadi tuan rumah di wilayahnya, bersama yang lain, geografer terkenal Muhammad al-Idrisi dan penyair Muhammad bin Zafar. Saat pertama, umat Muslim bertoleransi dengan bangsa Normandia, namun kemudian tekanan dari Paus menjadikan diskriminasi terhadap mereka meningkat; banyak masjid dihancurkan atau dijadikan gereja. Normandia Sisilia pertama tidak ambil bagian dalam Perang Salib, namun mereka segera melakukan sejumlah invasi dan pemberontakan di Ifriqiya, sebelum mereka dikalahkan disanan setelah tahun 1157 oleh Almohad.
Kehidupan tenang bersama di Sicily akhirnya berakhir dengan kematian Raja William II tahun 1189. Orang Muslim terpilih bermigrasi saat itu. Pengetahuan medis mereka dipertahankan di Schola Medica Salernitana; simbiosis Arabi-Byzantium-Normandia dalam seni dan arsitektur diabadikan sebagai Gaya Arsitektur Roma Sisilia. Pelarian Muslim yang tersisa, menjadi contoh Caltagirone di Sicily, atau bersembunyi dalam gunung dan lanjutan penentangan terhadap Dinasti Hohenstaufen, yang mengatur pulau dari tahun 1194. Dalam tanah kebanggan pulau, Muslim dilafalkan oleh Ibnu Abbad, Emir Sicily terakhir.
Untuk mengakhiri pergolakan ini, kaisar Frederick II,[5] pengikut Perang Salib, manghasut kebijakan "pembersihan" etnis dan agama, berkaitan dengan tekanan Papal namun juga dalam perintah untuk menjadikan kemampuan pasukan loyal yang tidak dapat terpengaruh oleh saingan Kristen (baron lokal dan raja asing, seperti Paus). Tahun 1224-1239 dia mendeportasi 20.000-30.000 Muslim dari Sicily menuju koloni dibawah kendali militer di Lucera di Apulia, kira-kira 20 kilometer barat laut Foggia dan 150 kilometer barat laut Bari. Dia menjadikan koloni otonomi dan mendukung mereka, dengan demikian membantu kebudayaan Muslim di Italia untuk terakhir kalinya. Tahun 1249 dia menolak Muslim dari Malta. Frederick memiliki pasukan pengaman Muslim, berbahasa Arab dan mengenakan Mantel Penobatan yang dibuat oleh penjahit Arab, menyebabkan paus membuangnya sebagai "Sultan Lucera". Saat kematian Frederick, menururt dugaan 60.000 Muslim tinggal di Lucera. Setelah kejatuhan Hohenstaufen dalam Pertempuran Benevento (1266), Muslim bertempur berdampingan dengan Staufer Sisilia, dan pengikut Perang Salib yang kalah pada tahun 1291. Lucera akhirnya dapat dikalahkan tahun 1300 karena hasutan Paus oleh Raja Charles II dari Naples. Populasi Muslim, yang berjumlah kira-kira 100.000, dibunuh dan diperbudak.

[sunting] Ottoman di Otranto


Katedral Lucera: bekas masjid.
Apulia termasuk dalam Kerajaan Naples dan berdiri dibawah peraturan Spanyol sejak pertengahan abad ke-15. Orang Spanyol telah memulai serangan terakhir dalam pendudukan Granada tahun 1481. Tumpuan Islam terakhir di Spanyol menyebabkan keputusasaan untuk dapat membantu semua negara Islam Mediterania.
Kekaisaran Ottoman, di tahun 1453 dibawah Sultan Mehmed II telah memduduki Konstantinopel dan Galata, tahun 1475 tumpuan terakhir Genuas di Laut Hitam dan tahun 1479 Koloni Venetian Euboea di Yunani, tahun 1480 menyelesaikan serangan pengalih keraguan di teritorial Spanyol di Italia selatan, setelah tahun 1479 pasukan Turki telah memasuki Friuli di Italia utara (dan kemudian 1499-1503). Kota pelabuhan Apulia dari Otranto, berlokasi sekitar 100 kilometer tenggara Brindisi, dikuasai dan dirubah untuk digunakan sebagai kepala jembatan bangsa Turks, namun diserahkan lagi tahun 1481, ketika Mehmed meninggal dan Konstantinopel menyaksikan peperangan untuk tahta.
Cem, orang yang mendapat tahta Ottoman, dikalahkan disamping dukungan paus; dia melarikan diri dengan keluarganya Kerajaan Naples, dimana keturunan laki-lakinya dianugrahkan dengan sebutan Principe de Sayd oleh Paus tahun 1492. Mereka tinggal di Naples hingga abad ke-17 dan di Sisilia hingga 1668 sebelum merelokasi ke Malta.

[sunting] Serangan di abad ke-16


Catatan Arab dalam Mantel Penobatan.
Hal ini menjadi perdebatan jika Otranto bermaksud untuk menjadikan pasukan dalam pertempuran berikutnya. Sultan Ottoman tidak pernah menyerahkan ambisi mereka untuk mengakhiri Kristen di Roma dan menerapkan kedaulatan Islam.
Setelah pendudukan Ragusa (Dubrovnik) dan Hungaria tahun 1526 dan kekalahan pasukan Turki di Vienna tahun 1529, pasukan Turki menyerang kembali Italia selatan. Tahun 1512/1526 Ottoman menduduki Reggio dan tahun 1537 bagian Calabria dan di tahun 1538 mengalahkan Pasukan Venesia. Tahun 1539 Nice dikepung oleh bangsa Barbaria (Pengepungan Nice), namun percobaan penguasaan Turki di Sisilia gagal, seperti percobaan pendudukan Pantelleria tahun 1553 dan pengepungan Malta tahun 1565.
Spanyol, penyumbang terbesar untuk kejayaan Kristen „Persaingan Suci“ dalam pertempuran Lepanto tahun 1571 dibuat oleh Republik Venice, antara 1423 (dan khususnya sejak 1463) dan 1718 memerangi delapan perang pantai terhadap Kekaisaran Ottoman.

[sunting] Situasi saat ini

Menurut statistik resmi Italia terakhir, Muslim mencapai sekitar 34% dari 2.400.000 penduduk asing yang tinggal di Italia pada 1Januari 2005.
820.000 penduduk asing tersebut merupakan sejumlah Muslim yang secara resmi bertempat tinggal di Italia, 100.000-150.000 lainnya seharusnya ditambahkan, sebagai keberadaan Muslim, menurut perkirahan tahunan yang disetujui secara luas asosiasi Italia Caritas, sekitar 40% imigran resmi Italia.
Disamping imigran legal menunjukkan minoritas keberadaan Muslim di Italia, isu Islam di Italia saat ini berhubungan dengan beberapa partai politik (khususnya 'Luga Utara' atau 'Lega Lombarda') dengan imigrasi, dan imigrasi ilegal yang lebih spesifik. Imigrasi telah menjadi isu politik yang terbuka, ketika, khususnya di musim panas, laporan muatan kapal imigran ilegal atau program berita dominasi clandestini.
Kepolisian tidak memiliki keberhasilan besar dalam meninterupsi banyaknya ribuan clandestini yang menepi di pantai Italia, terutama karena panjangnya garis pantai Italia semata: total sekitar 8.000 km . Namun, banyak clandestini yang berlabuh di Italia hanya menggunakan Italia sebagai jembatan menuju negara UE lain, karena fakta bahwa Italia tidak memiliki banyaknya peluang ekonomi untuk mereka seperti Jerman atau Perancis, dan kurang lebih iklim yang tidak bersahabat untuk keberadaan mereka, juga dengan ketaatan beragama umat Katolik Italia.
Jumlah Muslim asing yang telah berkedudukan warganegara Italia diperkirakan antara 30.000 hingga 50.000, jika Muslim Italia (dari marga Italia yang sebelumnya termasuk penganut Katolik atau tidak memiliki agama lalu masuk Islam) diperkirakan kurang dari 10.000.
Karena itu, di tahun 2005 jumlah Muslim yang tinggal di Italia diperkirakan menjadi antara 960.000 hingga 1.030.000, dengan perkiraan rata-rata mendekati angka jutaan dimana media Italia sudah mulai mengadopsi yang merujuk pada populasi Muslim di Italia.
Keberadaan Muslim saat ini 1.4% dari populasi Italia, presentase rendah dari negara UE besar lain, dan masih turun dari yang tercatat di Italia antara pertengahan abad ke-9 dan akhir abad ke-13, sebelum perpindahan pesukan Muslim terakhir di Puglia tahun 1300.
Saat zaman Pertengahan, populasi Muslim bertotal hampir berpusat diInsular (Sisilia, Sardinia) dan (Calabria, Puglia) Italia Selatan, saat ini lebih rata penyebarabbya, yang hampir 55% Muslim mendiami Utara Italy, 25% di Pusat, dan hanya 20% di Selatan.
Harus dikatakan bahwa disamping 'Invasi Muslim' tiruan, Muslim membentuk proporsi rendah imigran kemudian di tahun selanjutnya, ketika laporan statistik terakhir Mentri Italia Interior dan Caritas menunjukkan bahwa bagian Muslim antar imigran baru merosot dari lebih 50% awalnya di tahun 1990-an (umumnya Albanian dan Moroccan) menjadi kurang dari 25% di dekade selanjutnya, dengan Negara non-Muslim seperti Rumania, Moldavia, dan Ukrainayang mempolopori "gelombang" imigrasi terakhir.
Ukuran kecil relatif komunitas Muslim lokal berarti bahwa Islam telah membuat dampak penting pada kehidupan publik, namun terdapat tanda bahwa perubahan. Titik saat ini pergolakan antara Italian asli dan populasi imigran Muslim meliputi keberadaan salib di rusang kelas sekolah dan kamar rumah sakit Italia. Adel Smith talah menarik media pertimbangan dengan menuntut bahwa salib di tempat publik (sekolah, rumah sakit, dan kantor pemernitah) dipindahkan. Konsili Negara Italia, dengan jumlah kalimat 556, 13 Februari 2006 , mengkonfirmasi pajangan salib dalam dukungan pemerintah ditempatkan.
Jika non-Kristen mungkin tidak melihat ini sebagai alasan untuk menjadikan salib wajib dalam institusi negara, banyak Muslim juga telah menyatakan oposisi mereka untuk memindahkan salib karena mereka tidak menemukan mereka mengganggu. Mereka mengutip fakta bahwa banyak negara dengan Muslim mayoritas, hal ini umum dijumpai anak panah dalam ruang hotel yang menandakan arah Mekah, dan bahwa ini tidak dibuat bahan perdebatan oleh non-Muslim.

[sunting] Lihat pula